Thursday 31 March 2016

Bukan Salah Jodoh Part 13


Di dalam bus terlihat Andriana sedang bernyanyi dengan murid- muridnya.
Andriana & murid : "Naik- naik ke puncak gunung tinggi- tinggi sekali. Kiri kanan ku lihat ada banyak pohon cemara aaa ..kiri kanan kulihat ada bnyak pohon cemara."

Murid- murid : "Lagi bu ..lagi .." , mereka nampak begitu riang.
Andriana : "Disini senang disana senang , dimana mana hatiku senang."
(Murid- murid mengikuti Andriana)

Andriana & murid : " Disini senang disana senang, dimana mana hatiku senang ..lalala ..la ..lala ..lala ..la ..lalala .." (bertepuk tngan dan senyum bahagia)

Anak- anak begitu antusias menyanyikan setiap bait lagunya. Bahkan ada yg bergoyang dengan lucunya, mereka tertawa lepas penuh suka cita. Terpancar semangat yang besar dari wajah- wajah polos mereka, membuat hati Andriana sedikit lega. Hingga tanpa mereka sadari, mereka sudah sampai tempat tujuan. Murid- murid turun dengan tertibnya diiringi Andriana dan guru- guru lainya. Dan terlihat bu Fatma dan Sukma dibelakang mereka. Andriana tersenyum menghmpiri mereka.

Andriana : "Ibu sudah datang, mari bu." Senyum ramah tergurat manis di bibirnya.

Bu Fatma : "Iya nak, ayyoo." Sembari membalas senyum Andriana.

Sukma sedari tadi ingin menyapa Andriana, dan meminta maaf padanya. Tapi tidak sepatah kata pun mampu dia ucapkan, bibirnya seakan terkunci rapat. Dan hanya rasa bersalah yg nampak dari raut wajahnya.

Bu Fatma : "Ayo anak -anak kita ke kebun teh dulu, setelah makan siang nanti kita lanjutkan ke kebun stroberry.
(tersenyum ramah)

Murid- murid : "Horeeee .. iya bu guru .."
(berjalan kegirangan)

Waktu berlalu dan jam istirahat datang. Bu Fatma, Andriana dan guru- guru lainya membagikan makanan untuk murid- murid mereka. Setelah itu Andriana pamit ke kamar mandi sebentar. Tapi setelah 15 menit Andriana tak juga kembali, dan Bu Fatma meminta salah satu guru yakni Karina untuk melihat Andriana. Ketika kembali Karina terlihat gelisah, tapi dia berusaha tidak bersikap berlebihan agar tidak diketahui murid- muridnya.

Bu Rarih : "Bagaimna nak? Mengapa kamu sendirian, mana Andriana?"

Karina : "Maaf saya tidak bisa menemukan Bu Andriana di kamar mandi, bu. Ketika saya tanyakan ke penjaga, dia juga tidak melihat ada orang yang masuk kesana."

Bu Fatma : "Ya Allah ..lalu kemna dia?", beliau nampak begitu cemas.

Karina : "Tolong ibu tenang dulu, saya akan mencarinya lagi." Ia mencoba menenangkan bu Fatma.
Sukma yang tak sengaja mendengar percakapan mereka langsungteringat kata- kata ibunya sebelum berangkat tadi, tentang kecelakaan yang dialami Andria hingga membuat dia kehilangan kakaknya.

Sukma : "Lebih baik anda di sini saja untuk menjaga anak- anak, dan tolong temani ibu saya. Saya yang akan mencari Andriana."

Karina : "Baik Pak Sukma." (Mengangguk)

Sukma : "Sukma pergi dulu bu. Andriana akan baik- baik saja, jadi ibu jangan khawatir."

Bu Fatma : "Hati -hati nak." Beliau mengangguk dan mencoba tenang, meski tak bisa dipungkiri jika guratan kecemasan masih menylimuti wajah beliau.

Bersambung ...

Tuesday 24 November 2015

Bukan Salah Jodoh Part 12

Di perjalanan, Sukma terlihat tengah menyetir mobilnya. Wajahnya merah padam, tapi tatapan matanya sendu. Menunjukkan hatinya yang sedang bergejolak, antara rasa cemburu yang membara dan rasa tidak berdaya akan keadaanya. Dia tidak mempunyai hak apapun, bahkan salah jika dia tetap mengejar Andriana

Sukma : "Huuuufhh ..ini sangatlah menggelikan, jatuh cinta pada kekasih orang. Apa kau sudah gila, Sukma??! Di mana akal sehatmu??! Haaagghhh ..menyedihkan .." (mencibir dirinya sendiri)

Di sekolah Andriana mengajar seperti biasa. Dia tak menampakkan sedikitpun kepedihan yang ia rasakan dihadapan muridnya, dia tetap tersenyum walaupun batinnya terluka. Kelaspun usai, Andriana menuju ruang guru dan smua guru- guru juga sudah berkumpul di sana. Ternyata mereka ingin membahas rencana rekreasi untuk murid- muridnya akhir pekan ini. Andriana pun bergabung dalam rapat itu. Rapat dimulai, masing- masing dewan guru mengusulkan tempat wisata yang dianggapnya baik. Dan setelah dimusyawarahkan, semua sepakat untuk pergi ke puncak. Untuk menunjukkan kebun teh dan strobbery pada anak- anak. Karna disana mereka bisa bermain sembari mempelajari cara berkebun yang baik.

Andriana : "Puncak?? Apa mungkin ini jawaban dari do'a- do'aku?? (dlm hati, terlihat bahagia)

Bu Fatma : "Andriana ..nak ..nak ..??" (memegang pundak Andriana)

Andriana : "Ooh iya bu, maaf bu."
(terkejut dan terbata)

Bu Fatma : "Sepertinya ada yang menggangu fikiranmu nak, dan wajahmu pucat sekali. Kamu sakit??

Andriana : "Ana baik- baik saja bu." (tersenyum manis)

Bu Fatma : "Kalau kamu kurang enak badan, bsok kamu tidak perlu ikut nak. Lebih baik kamu istirahat saja."

Andriana : "Tidak bu, saya harus ikut. Saya baik- baik saja, lagi pula murid- murid pasti kecewa jika bu Guru'nya yang cantik ini tidak ikut mereka tamasya. Hehehe ..(mencoba mencairkan suasanan)

Bu Fatma : "Ibu sampai lupa , baiklah bu Guru yg cantik. Bu guru boleh ikut bsok." (tertawa kecil)

Keesokan harinya di gerbang sekolah murid- murid sudah siap di dalam bus. Terlihat Andriana sedang berpamitan dengan Dimas, calon suaminya.

Dimas : "Maaf An, lagi- lagi aku tak bisa menepati janjiku karna pekerjaan. Sampai kamu harus kesana sendiri ..maaf An, aku memang .." (merasa bersalah)

Andriana : "Kak Dimas tenang saja, aku akan baik- baik saja disana. (tersenyum). Lagi pula aku juga tidak sendiri, ada Bu Fatma dan guru- guru yang lain. Jadi kak Dimas jangan khawatir. Selesaikan saja pekerjaan kakak dulu. Tapi lain kali kak Dimas tak boleh ingkar janji lagi." (tersenyum manis)

Dimas : "Iya kakak janji .."
(tersenyum dan mengangkat kelingkingnya)

Andriana : "Janji .."
(tertawa kecil dan mengaitkan kelingnya pda Dimas)
"Sekarang kakak berangkat giih, nanti telat loh."

Dimas : "Ya sudah kk berangkat dlu yaa. " (Andriana salim dengan Dimas) "Assalammu'alaikum "

Andriana : "Walaikumsalam ..hati- hati yaa kak." (tersenyum)

Dimas berlalu, datang Bu Fatma bersama Sukma.

Andriana : "Assalamu'alaikum bu, kak Ama .. (tersenyum)

Bu Fatma & Sukma : "Walaikumsalam "

Bu Fatma : "Ayo masuk nak, kita berangkat." (Menunjuk ke arah mobil)

Andriana : "Bukanya kita naik bus bu?

Bu Fatma : "Semestinya iya nak, tapi sepertinya bus itu sudah penuh. Jadi lebih baik kita naik mobil saja. Lagi pula kamu juga masih kurang enak badan kan?
(Bu Fatma hanya beralasan, sebenarnya dia khawatir pada Andriana)

Andriana : "Saya baik- baik saja bu. Lebih baik saya naik bus saja. Soalnya klau saya naik mobil, nanti anak- anak pasti mencari Pita." (melihat ke arah Sukma yang sedari tadi diam mematung)

Sukma : "Kalau tidak mau jangan dipaksa bu."
(dengan nada dingin)

Bu Fatma : "Tapi nak, Ana kurang sehat dari kmrin. Klau dia tetap naik bus yang sdh penuh itu, nanti Ana malah tidak bisa istirahat."

Sukma: "Dia kan sudah dewasa bu, pasti dia bisa memutuskan apa yang terbaik untuk dirinya sendiri. "

Andriana : "Iya bu, benar apa yang dikatakan kak Ama. Jadi ibu tenang saja." (senyum manis, penuh keterpaksaan) Kalau begitu saya naik dulu yaa bu, kak Ama.
(tersenyum kembali, namun senyum itu hilang seketika menjadi muram saat Andriana berbalik)

Bu Fatma : "Apa yang kamu lakukan?? Ibu meminta kamu untuk mengantar ibu hanya karna ibu khawatir dengg Andriana. Dia kurang sehat, dan asal kamu tujuan kita saat ini adalah tempat dimana dia mengalami kecelakaan 3 tahun lalu. Saat dimana dia kehilangan kakaknya, Ajeng.
(dengan nada kesal)

Sukma terdiam, ia teringat saat An. berdebat mengenai puncak dan Ajeng dengang Dimas.

Bu Fatma : "Kamu ingat saat dia hampir tertabrak mobil dan hanya diam?? Bagaimana jika itu terjadi lagi dan tidak ada orang disampingnya?!" (Nada tinggi)

Sukma tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun, wajahnya pucat dan dadanya berdegup kencang. Rasa bersalah berkecamuk dalam batinya.

Sukma : "Apa yang sudah kulakukan, kenapa aku tidak menyadari hal itu. Bodoh ..bodoh ..agghhhh ..
maafkan aku ..maaf An." (dalam batin Sukma)

Bu Fatma : "Sudah, lebih baik kita berangkat ..!! Semoga tidak terjadi apa - apa dengan Andriana."
(dengan kesalnya)

Friday 6 November 2015

Bukan Salah Jodoh Part 11

Andriana masih tertegun di depan sekolah. Dia terdiam lama, hingga suara Dimas menghamburkan angan- anganya.

Dimas : "Hmmmmtt ..sepertinya ada yg tidak senang aku pulang, seharusnya aku lebih lama disana." (melirik Andriana)

Andriana : (mengernyitkan alisnya)

Dimas : "Huufft ..baru datang bukanya dapat pelukan malah.." (manyun)

Andriana : "Ooohh ..jadi kak Dimas minta dipeluk ..??"

Dimas : "Tidak , tapi seharusnya itu yang kudapat." (merajuk)

Andriana : "Iya -iya ..sini aku peluk." (senyum menggoda)

Dimas : "Tidak perlu." (Manyun)

Andriana : "Benarkah??" (mendekat)

Dimas : "Ya." (pura- pura jutek)

Andriana : "Kalau seperti ini bagaimana??"
(tangan Andriana memegang pinggang Dimas)

Dimas : (tersipu)

Andriana : "Dan inii ..(tertawa kecil, lalu Andriana menggelitik Dimas sampai terpingkal- pingkal)

Dimas : "Haahha ..hehe ..hhaa .. cukup An ..cukup." (memcoba mengalihkan tangan Andriana)

Andriana : "Katanya minta dipeluk??" (Tertawa lepas)

Dimas : "Iya -iya kakak nyerah dech." (terus tertawa)

Note : Dimas memang tidak tahan jika digelitik, dan Andriana tau benar akan hal itu.

Andriana melepaskan tanganya, dan masih tertawa.

Andriana : "Lain kali kakak tidak bisa mengelak lagi." (tertawa kecil)

Dimas : "Hmmmtt ..kamu curang An, gantian." (mencubit hidung Andriana)

Andriana : "Iiiichh ..sakit Kak .."(memegangi hidungnya)

Dimas tertawa gemas melihat hidung tunanganya yang memerah. Merekapun kembali larut dalam suasana.

Hari berlalu dengan cepat, hingga tanpa terasa malam pun tiba. Di kamar terlihat Sukma sedang termenung di tempat tidurnya.

Sukma : "Bodoh sekali aku, bisa- bisa nya ku biarkan hatiku jatuh semakin dalam padanya. Seharusnya aku bisa mengendalikan perasaanku, dia akan menikah dengan orang lain. Bodoh ..bodoh .. hmmmtt .."(memukul- mukul kepalanya). "Aku harus menghentikan semua ini. Yaahh, harus !! Tapi aku tak bisa membohongi perasaanku.. aaaaggghhh .."

Di sisi lain Andriana sedang tidur di kamarnya. Tidak seperti biasanya, wajahnya kali ini terlihat gelisah. Sepertinya mimpi itu datang lagi. Dalam mimpinya, Andriana berada di sebuah tebing jurang. Terlihat Sukma tersenyum padanya, lalu Andriana membalas senyum Sukma seraya berjalan ingin menghampirinya. Tapi Dimas muncul di samping Sukma dengan senyum manisnya. Tiba- tiba terdengar suara, "Tolong gantikan kakak, An ..tolong ..gantikan kakak ..Andriana ..gantikan ..An ..gantikan ..gantikan."

Andriana : "Tidak ..tidak ..tidak .. (wajahnya pucat) tidaakkk ..!!!"

Andriana terbangun dan kembali terlarut dalam tangisnya.

***

Pagi kembali tiba, terlihat Andriana sudah berada di depan gerbang sekolah bersama Dimas. Lalu ia berpamitan dan salim pada Dimas.

Andriana : "Hati -hati yaa kak." (senyum manis)

Dimas : "Iya bu Guru cantik." (tersenyum) "Tapi An ..kakak perhatikan wajah kamu pucat sekali." (menatap wajah Andriana) "Apa tidur kamu kurang nyenyak semalam? Atau kamu sakit??" (Memegang wajah Andriana)

Andriana : "Enggak kok, aku baik- baik aja kak. Kak Dimas gak perlu khawatir." (tersenyum)

Dimas : "Kamu yakin??" (wajah cemas)

Andriana : "Iya kak. Lebih baik kakak berangkat saja."

Dimas : "Ya sudah, nanti kalau ada apa- apa cepat hubungi kakak. Mengerti ..??!"

Andriana : "Sieeeeppp ..!!" (tersenyum) "dhaa ..dhaa" (melambaikan tangan)

Saat berbalik Andriana melihat Sukma.

Andriana : "Kak Ama ..

Sukma : "Eeehh ..Ana ..(senyum dingin)

Andriana : "Kakak sudah lama??"

Sukma : "Lumayan, eeemmhhtt .. klau begitu saya duluan An. Assallammu'alaikum."(senyum datar)

Andriana : "Walaikumsalam." (Tersenyum hambar) "Kenapa kak Ama langsung pergi begitu saja? Tidak biasanya dia dingin seperti ini." (Raut wajah Andriana getir, seakan menampakkan kekecewaanya)

Bersambung ..

Monday 2 November 2015

Bukan Salah Jodoh Part 10

Sejak hari itu keduanya semakin dekat, mereka selalu menghabiskan waktu bersama. Seperti sepasang dara putih yang sedang merajut kasih. Mengantar dan menjemput Andriana pun seakan sudah menjadi hal yang biasa bagi Sukma, dimana ada Andriana sudah pasti ada Sukma. Dan tiga minggu pun berjalan begitu cepat.

***

Di depan ruang guru setelah kelas selesai.

Andriana : "Mari bu, sudah tidak ada yang tertinggalkan??"

Bu Fatma : "Tidak ada nak, ayoo. Sukma pasti sudah lama menunggu kita." (tersenyum ramah) Keduanya berjalan menuju gerbang sekolah.

Terlihat Sukma sudah menunggu di samping mobilnya.

Sukma : (tersenyum kerah Andriana dan ibunya)

Bu Fatma & Andriana : (tersenyum)

Tiba -tiba ada sosok yang menutupi pandangan Andriana dari Sukma.

Dimas : "Andriana"(tersenyum melambaikan tanganya)

Andriana : "Kak Dimas."

Seketika senyum merekah Andriana berubah menjadi hambar.

Andriana : "Kapan kakak pulang?? Kenapa kakak tidak memberitahuku??"

Bu Fatma : "Sepertinya ada yang ingin melepas rindu." (tersenyum ramah).

Dimas : "Ibu tau saja." (tertawa kecil)

Andriana : "Kak Dimas."(mencubit tangan Dimas)

Dimas : "Aaaauch ..sakit, An." (mengernyit kesakitan)

Sukma : "Lebih baik kita pulang dulu bu, lagi pula Ana sudah dijemput calon suaminya." (wajah datar)

Andriana : "Kak Ama." (Dalam hati, terlihat murung)

Bu Fatma : "Ya sudah, ibu pulang dulu yaa nak."

Andriana : "Iya bu, hati- hati yaa bu. Kak Ama."

Sukma : "Assalammu'alaikum." (senyum dingin dan berlalu)

Dimas & Andriana : "Walaikumsalam."

Sukma : "Mengapa selalu getir rasanya setiap kali melihat mereka bersama. Seandainya aku yg lebih dulu mengenalmu, mungkinkah aku bisa memilikimu??" (dalam hati)

Andriana : "Mengapa dadaku sesak rasanya, perasaan apa ini? Andaikan bisa, aku ingin berlari menghampirinya. Tapi apakah mungkin bisa??" (dalam hati)

Bersambung ..

Friday 30 October 2015

Bukan Salah Jodoh Part 9

Di sekolah tempat Andriana mengajar. Bel telah berbunyi. Di kelas murid- murid sedang berdo'a, untuk mengakhiri pelajaran hari ini. Dan selesai berdo'a mereka berbaris untuk salim dengan ibugurunya, Andriana.

Murid- murid : "Assalammu'alaikum bu Guru .."

Andriana : "Walaikumsalam .., hati- hati ya sayang ..daa- daa." (tersenyum ramah, melambaikan tangan)

Murid- murid : "Daa -daa bu guru." (berlari dengan riang)

Andriana : "Tumben kak Dimas belum menelfon, hhhmmmtt ..
"Astagfirullah ..kan kak Dimas berangkat ke Singapur hari ini, kenapa aku bisa lupa. (memegang kening)
Ayah juga ada meeting hari ini, Ya Allah ..kenapa aku jadi pikun begini. Oiya kak Ama ..(tersenyum senang), aah ..tidak ..tidak ..tidak Andriana. Hmmtt ..lebih baik aku naik taxi saja."

Andriana berjalan keluar sekolah. Sesampainya di depan Pos Satpam ia melihat Galih duduk termenung.

Andriana : "Galih, kenapa kamu belum pulang syang?"

Galih : "Ayah belum datang bu."(dengan wajah murung penuh kepolosan)

Andriana : "Kalau begitu, kamu pulang dengan ibu saja yaa??" (tersenyum dan
membelai rambut Galih)

Galih : "Trimakasih bu, tapi Galih takut nanti ayah menjemputku. Kalau aku tidak ada, pasti nanti ayah pasti cemas mencari Galih." (dengan wajah polosnya)

Andriana : "Anak yang baik, manis sekali kamu sayang." (tersenyum ramah) "Kamu tidak usah khawatir, tunggu sebentar ya." (Mengambil Hp di tasnya dan menelfon ayah Galih, untuk memberitahukan klau Galih akan dia antar pulang). "Nah sekarang mari kita pulang." (menggandeng tangan Galih)

Galih : "Trimaksh bu, ayoo .." (tersenyum manis dengan polosnya )
Sesampainya di depan gerbang sekolah. Ternyata sudah ada Sukma.

Andriana : "Kak Ama ..??" (Heran)

Sukma : "Lama sekali kamu, An. Aku sudah hampir jadi kripik kulit menunggu kamu di sini." (mengernyit dengan memanyunkan bibirnya)

Andriana : "Memangnya aku yang minta?? Itukan keinginan kak Ama sendiri." (Dengan memasang muka tanpa dosanya)

Sukma : "Hmmmttt ..ya sudah ayoo masuk, panas sekali disini." (muka datar)

Andriana : "Memangnya kita mau kemana kak??"

Sukma : "Jalan- jalan."

Andriana : "Jalan- jalan?? Kemana?"

Gumara : "Sudah masuk saja."

Anfriana : "Tapi maaf kak, aku tidak bisa. Karna aku harus mengantar Galih pulang." (muka polos)

Sukma : "Kamu mau ice cream kan??" (berjongkok di depan Galih )

Galih : "Mau paman ..heheheh Tapi .." (menoleh kearah Andriana)

Andriana : "Ya sudah kita makan ice cream dulu." (tersenyum ramah) hmmmtt .. (dalam hati)

Galih : "Yeyeye ..kita beli ice cream ."
(tersenyum kegirangan)

Sukma : "Anak pintar." (mengelus rambut Galih, dengan senyum jahilnya)

Bersambung ..

Thursday 29 October 2015

Bukan salah jodoh Part 8

Sukma dan Dimas masih saling bertatapan dengan pandangan aneh. Sedangkan Andriana bingung, mengapa kedua lelaki itu bisa datang bersamaan. Padahal tak satupun dari mereka mengatakan akan menjemput Andriana.

Andriana : "Kak Dimas? Kak Ama?? Ada apa? Mengapa sepagi ini kalian sudah ada di sini?" (masih heran). "Bukannya kak Dimas kemarin mengatakan tidak bisa menjemputku hari ini? Dan kak Ama, bukannya bu Fatma tidak masuk hari ini?"

Sukma & Dimas : "Ada yang ingin ..."

Kembali mereka berbicara secara bersamaan, dan saling menatap dengan tatapan aneh. Tapi kali ini berbeda, keduanya malah tertawa kecil.

Dimas : "Sebaiknya anda dulu." (Senyum)

Sukma : "Tidak ..tidak ..lebih baik anda saja dulu." (tersenyum)

Andriana : "Kakak ini kompak sekali. Hmmtt ..lebih baik kakak duduk saja dulu."

Mereka pun duduk di kursi teras itu.

Dimas : "Baiklah, kemqrin kakak sudah minta izin dengan ayah dan ibu klau kakak akan pergi ke Singapur untuk menyelesaikan urusan bisnis kakak selama 3 minggu, An."

Andriana : "Kenapa cuma 3 minggu?? Kenapa tidak 3 bulan saja sekalian?! Atau tiga tahun. (Ketus) Kakak selalu saja membohongiku. Selama 2 bulan terakhir ini kakak selalu mengulur waktu, selalu saja pekerjaan yang kakak pentingkan. Aku hanya ingin ke puncak kak, tapi kak Dimas slalu mengingkari Janji kakak. (merajuk)

Dimas : "Maaf .. bukan begitu maksud kakak, An. Tapi .."

Andriana : "Tapi apa kak?? Pernikahan kita sudah semakin dekat, 5 bulan lagi kak. Dan kita masih belum bisa menemukan kak Ajeng." (berkaca- kaca)

Dimas : "Dengarkan kakak dulu, An." (memegang tangan Andriana)

Mereka seakan tidak sadar jika Sukma masih bersama mereka. Sedang Sukma terdiam dengan berbagai macam pertanyaan di benaknya.

Sukma : "Menikah..?? 5 bulan? Secepat itukah? Lalu siapa Ajeng? Mengapa Andriana ingin sekali bertemu dengan wanita itu? Dan kenapa harus dipuncak??" (dalam hati)

Dimas : "Tolong mengertilah posisiku untuk yang terakhir ini, An. Kakak janji sepulang dari Singapur kita akan kesana. Dan kita akan bersama- sama mencari Ajeng." (Lirih)

Andriana: "Apa jaminan Kakak akan menepati janji? Sudah cukup aku, kakak bohongi." (Berkaca- kaca)

Dimas : "Tolong percayalah, An. Ini untuk yang terakhir kalinya."

Andriana : "Baik, sekali ini saja aku percaya. Tapi jika kakak berbohong lagi, aku akan kesana sendiri."

Dimas : "Terimkasih An, kakak janji." (membelai lembut rambut Andriana) "Percayalah, aku juga ingin sekali menemukan Ajeng." (dalam hati)

Andriana : (mulai tersenyum dengan mata yang masih berkaca- kaca)

Sukma hanya terdiam melihat mereka, dan sesekali dia memalingkan muka merah padamnya.

Dimas : "Astagfirullah ..maafkan kami, Sukma. Tidak seharusnya anda melihat kami berdebat seperti ini."

Sukma : "Tidak apa- apa, wajar jika sepasang kekasih sesekali berdebat." (wajah datar dan tersenyum hambar)

Dimas dan Andriana, terlihat malu dan kikuk.

Andriana : "Iya kak, hal penting apa yg ingin kakak sampaikan?"

Sukma : "Ibu tadi memintaku untuk memberikan ini untuk kamu." (menyodorkan map yang sedari tadi dia bawa)

Andriana : "Trimakasih kak." (tersenyum)

Kemudian ayah dan ibu Andriana keluar.

Ibu (Andriana) : "Nak Dimas, nak Sukma."

Dimas dan Sukma bergantian salim dengan kedua orang tua Andriana.

Ibu (Andriana) : "Apa kalian mau menjemput, Ana?"

Andriana : "Tidak bu, kak Dimas hanya berpamitan dengan Ana. Dan kak Ama hanya mengantarkan berkas ini untukku. Lagi pula hari ini kan ayah sudah berjanji mau mengantarkan Ana. Iyakan yah??" (tersenyum manis)

Ayah (Andriana) : "Tentu saja." (Tersenyum)

Mereka pun berlalu, dan pergi ke tujuan masing- masing. Dimas pergi ke Bandara, sedangkan Sukma pergi ke restorant miliknya. Dan Andriana berangkat bersama ayahnya.

Di perjalanan fikiran Sukma masih dipenuhi berbagai macam pertanyaan, yang menggangu otaknya.

Sukma : "Apa benar mereka akan segera menikah?? Lalu siapa Ajeng? Mengapa Ana ngotot sekali ingin bertemu dengannya? Bahkan dia mau ke Puncak sendiri untuk menemuinya?? Hmmmtt .. kenapa aku jadi gelisah. Ya Allah persaan apa ini??? Tidak sepantasnya aku memikirkan calon istri orang. Dan kenapa harus dia??"

Bersambung ...

Friday 23 October 2015

Untuk Bapak Negara












Sosokmu sederhana
Tak banyak bicara
Tegas dan bersahaja
Dalam mengemban tugas negara

Engkau berjuang sekuat tenaga
Demi damainya seluruh jiwa
Di tanah air tercinta
Republik Indonesia

Meski teguran sering engkau terima
Cercaan, bahkan cacian
Namun engkau tetap berlapang dada
Menghadapi badai yang tak berkesudahan
Membuat hatimu terluka tapi tak terlihat nyata
Membuat mereka penuh prasangka
Prasangka akan kesengsaraan yang melanda

Mereka resah dan merana
Menghadapi bencana
Yang tak kunjung sirna
Membuat jiwa- jiwa itu meronta
Dan mengadu pada engkau Bapak Negara
Meski tak jarang dengan nada sumbang
Namun kami harap hatimu tetap lapang

Wahai Bapak Negara- ku
Tetap kuatkanlah langkahmu
Perpanjanglah batas sabarmu
Damaikanlah hatimu
Meski tak mudah
Tapi yakinlah jika kami tetap mendukungmu
Kobarkan semangatmu
Karna keridhoan Allah SWT
Akan selalu menyertai setiap langkamu

Dari rakyat- Mu