Tuesday 24 November 2015

Bukan Salah Jodoh Part 12

Di perjalanan, Sukma terlihat tengah menyetir mobilnya. Wajahnya merah padam, tapi tatapan matanya sendu. Menunjukkan hatinya yang sedang bergejolak, antara rasa cemburu yang membara dan rasa tidak berdaya akan keadaanya. Dia tidak mempunyai hak apapun, bahkan salah jika dia tetap mengejar Andriana

Sukma : "Huuuufhh ..ini sangatlah menggelikan, jatuh cinta pada kekasih orang. Apa kau sudah gila, Sukma??! Di mana akal sehatmu??! Haaagghhh ..menyedihkan .." (mencibir dirinya sendiri)

Di sekolah Andriana mengajar seperti biasa. Dia tak menampakkan sedikitpun kepedihan yang ia rasakan dihadapan muridnya, dia tetap tersenyum walaupun batinnya terluka. Kelaspun usai, Andriana menuju ruang guru dan smua guru- guru juga sudah berkumpul di sana. Ternyata mereka ingin membahas rencana rekreasi untuk murid- muridnya akhir pekan ini. Andriana pun bergabung dalam rapat itu. Rapat dimulai, masing- masing dewan guru mengusulkan tempat wisata yang dianggapnya baik. Dan setelah dimusyawarahkan, semua sepakat untuk pergi ke puncak. Untuk menunjukkan kebun teh dan strobbery pada anak- anak. Karna disana mereka bisa bermain sembari mempelajari cara berkebun yang baik.

Andriana : "Puncak?? Apa mungkin ini jawaban dari do'a- do'aku?? (dlm hati, terlihat bahagia)

Bu Fatma : "Andriana ..nak ..nak ..??" (memegang pundak Andriana)

Andriana : "Ooh iya bu, maaf bu."
(terkejut dan terbata)

Bu Fatma : "Sepertinya ada yang menggangu fikiranmu nak, dan wajahmu pucat sekali. Kamu sakit??

Andriana : "Ana baik- baik saja bu." (tersenyum manis)

Bu Fatma : "Kalau kamu kurang enak badan, bsok kamu tidak perlu ikut nak. Lebih baik kamu istirahat saja."

Andriana : "Tidak bu, saya harus ikut. Saya baik- baik saja, lagi pula murid- murid pasti kecewa jika bu Guru'nya yang cantik ini tidak ikut mereka tamasya. Hehehe ..(mencoba mencairkan suasanan)

Bu Fatma : "Ibu sampai lupa , baiklah bu Guru yg cantik. Bu guru boleh ikut bsok." (tertawa kecil)

Keesokan harinya di gerbang sekolah murid- murid sudah siap di dalam bus. Terlihat Andriana sedang berpamitan dengan Dimas, calon suaminya.

Dimas : "Maaf An, lagi- lagi aku tak bisa menepati janjiku karna pekerjaan. Sampai kamu harus kesana sendiri ..maaf An, aku memang .." (merasa bersalah)

Andriana : "Kak Dimas tenang saja, aku akan baik- baik saja disana. (tersenyum). Lagi pula aku juga tidak sendiri, ada Bu Fatma dan guru- guru yang lain. Jadi kak Dimas jangan khawatir. Selesaikan saja pekerjaan kakak dulu. Tapi lain kali kak Dimas tak boleh ingkar janji lagi." (tersenyum manis)

Dimas : "Iya kakak janji .."
(tersenyum dan mengangkat kelingkingnya)

Andriana : "Janji .."
(tertawa kecil dan mengaitkan kelingnya pda Dimas)
"Sekarang kakak berangkat giih, nanti telat loh."

Dimas : "Ya sudah kk berangkat dlu yaa. " (Andriana salim dengan Dimas) "Assalammu'alaikum "

Andriana : "Walaikumsalam ..hati- hati yaa kak." (tersenyum)

Dimas berlalu, datang Bu Fatma bersama Sukma.

Andriana : "Assalamu'alaikum bu, kak Ama .. (tersenyum)

Bu Fatma & Sukma : "Walaikumsalam "

Bu Fatma : "Ayo masuk nak, kita berangkat." (Menunjuk ke arah mobil)

Andriana : "Bukanya kita naik bus bu?

Bu Fatma : "Semestinya iya nak, tapi sepertinya bus itu sudah penuh. Jadi lebih baik kita naik mobil saja. Lagi pula kamu juga masih kurang enak badan kan?
(Bu Fatma hanya beralasan, sebenarnya dia khawatir pada Andriana)

Andriana : "Saya baik- baik saja bu. Lebih baik saya naik bus saja. Soalnya klau saya naik mobil, nanti anak- anak pasti mencari Pita." (melihat ke arah Sukma yang sedari tadi diam mematung)

Sukma : "Kalau tidak mau jangan dipaksa bu."
(dengan nada dingin)

Bu Fatma : "Tapi nak, Ana kurang sehat dari kmrin. Klau dia tetap naik bus yang sdh penuh itu, nanti Ana malah tidak bisa istirahat."

Sukma: "Dia kan sudah dewasa bu, pasti dia bisa memutuskan apa yang terbaik untuk dirinya sendiri. "

Andriana : "Iya bu, benar apa yang dikatakan kak Ama. Jadi ibu tenang saja." (senyum manis, penuh keterpaksaan) Kalau begitu saya naik dulu yaa bu, kak Ama.
(tersenyum kembali, namun senyum itu hilang seketika menjadi muram saat Andriana berbalik)

Bu Fatma : "Apa yang kamu lakukan?? Ibu meminta kamu untuk mengantar ibu hanya karna ibu khawatir dengg Andriana. Dia kurang sehat, dan asal kamu tujuan kita saat ini adalah tempat dimana dia mengalami kecelakaan 3 tahun lalu. Saat dimana dia kehilangan kakaknya, Ajeng.
(dengan nada kesal)

Sukma terdiam, ia teringat saat An. berdebat mengenai puncak dan Ajeng dengang Dimas.

Bu Fatma : "Kamu ingat saat dia hampir tertabrak mobil dan hanya diam?? Bagaimana jika itu terjadi lagi dan tidak ada orang disampingnya?!" (Nada tinggi)

Sukma tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun, wajahnya pucat dan dadanya berdegup kencang. Rasa bersalah berkecamuk dalam batinya.

Sukma : "Apa yang sudah kulakukan, kenapa aku tidak menyadari hal itu. Bodoh ..bodoh ..agghhhh ..
maafkan aku ..maaf An." (dalam batin Sukma)

Bu Fatma : "Sudah, lebih baik kita berangkat ..!! Semoga tidak terjadi apa - apa dengan Andriana."
(dengan kesalnya)

Friday 6 November 2015

Bukan Salah Jodoh Part 11

Andriana masih tertegun di depan sekolah. Dia terdiam lama, hingga suara Dimas menghamburkan angan- anganya.

Dimas : "Hmmmmtt ..sepertinya ada yg tidak senang aku pulang, seharusnya aku lebih lama disana." (melirik Andriana)

Andriana : (mengernyitkan alisnya)

Dimas : "Huufft ..baru datang bukanya dapat pelukan malah.." (manyun)

Andriana : "Ooohh ..jadi kak Dimas minta dipeluk ..??"

Dimas : "Tidak , tapi seharusnya itu yang kudapat." (merajuk)

Andriana : "Iya -iya ..sini aku peluk." (senyum menggoda)

Dimas : "Tidak perlu." (Manyun)

Andriana : "Benarkah??" (mendekat)

Dimas : "Ya." (pura- pura jutek)

Andriana : "Kalau seperti ini bagaimana??"
(tangan Andriana memegang pinggang Dimas)

Dimas : (tersipu)

Andriana : "Dan inii ..(tertawa kecil, lalu Andriana menggelitik Dimas sampai terpingkal- pingkal)

Dimas : "Haahha ..hehe ..hhaa .. cukup An ..cukup." (memcoba mengalihkan tangan Andriana)

Andriana : "Katanya minta dipeluk??" (Tertawa lepas)

Dimas : "Iya -iya kakak nyerah dech." (terus tertawa)

Note : Dimas memang tidak tahan jika digelitik, dan Andriana tau benar akan hal itu.

Andriana melepaskan tanganya, dan masih tertawa.

Andriana : "Lain kali kakak tidak bisa mengelak lagi." (tertawa kecil)

Dimas : "Hmmmtt ..kamu curang An, gantian." (mencubit hidung Andriana)

Andriana : "Iiiichh ..sakit Kak .."(memegangi hidungnya)

Dimas tertawa gemas melihat hidung tunanganya yang memerah. Merekapun kembali larut dalam suasana.

Hari berlalu dengan cepat, hingga tanpa terasa malam pun tiba. Di kamar terlihat Sukma sedang termenung di tempat tidurnya.

Sukma : "Bodoh sekali aku, bisa- bisa nya ku biarkan hatiku jatuh semakin dalam padanya. Seharusnya aku bisa mengendalikan perasaanku, dia akan menikah dengan orang lain. Bodoh ..bodoh .. hmmmtt .."(memukul- mukul kepalanya). "Aku harus menghentikan semua ini. Yaahh, harus !! Tapi aku tak bisa membohongi perasaanku.. aaaaggghhh .."

Di sisi lain Andriana sedang tidur di kamarnya. Tidak seperti biasanya, wajahnya kali ini terlihat gelisah. Sepertinya mimpi itu datang lagi. Dalam mimpinya, Andriana berada di sebuah tebing jurang. Terlihat Sukma tersenyum padanya, lalu Andriana membalas senyum Sukma seraya berjalan ingin menghampirinya. Tapi Dimas muncul di samping Sukma dengan senyum manisnya. Tiba- tiba terdengar suara, "Tolong gantikan kakak, An ..tolong ..gantikan kakak ..Andriana ..gantikan ..An ..gantikan ..gantikan."

Andriana : "Tidak ..tidak ..tidak .. (wajahnya pucat) tidaakkk ..!!!"

Andriana terbangun dan kembali terlarut dalam tangisnya.

***

Pagi kembali tiba, terlihat Andriana sudah berada di depan gerbang sekolah bersama Dimas. Lalu ia berpamitan dan salim pada Dimas.

Andriana : "Hati -hati yaa kak." (senyum manis)

Dimas : "Iya bu Guru cantik." (tersenyum) "Tapi An ..kakak perhatikan wajah kamu pucat sekali." (menatap wajah Andriana) "Apa tidur kamu kurang nyenyak semalam? Atau kamu sakit??" (Memegang wajah Andriana)

Andriana : "Enggak kok, aku baik- baik aja kak. Kak Dimas gak perlu khawatir." (tersenyum)

Dimas : "Kamu yakin??" (wajah cemas)

Andriana : "Iya kak. Lebih baik kakak berangkat saja."

Dimas : "Ya sudah, nanti kalau ada apa- apa cepat hubungi kakak. Mengerti ..??!"

Andriana : "Sieeeeppp ..!!" (tersenyum) "dhaa ..dhaa" (melambaikan tangan)

Saat berbalik Andriana melihat Sukma.

Andriana : "Kak Ama ..

Sukma : "Eeehh ..Ana ..(senyum dingin)

Andriana : "Kakak sudah lama??"

Sukma : "Lumayan, eeemmhhtt .. klau begitu saya duluan An. Assallammu'alaikum."(senyum datar)

Andriana : "Walaikumsalam." (Tersenyum hambar) "Kenapa kak Ama langsung pergi begitu saja? Tidak biasanya dia dingin seperti ini." (Raut wajah Andriana getir, seakan menampakkan kekecewaanya)

Bersambung ..

Monday 2 November 2015

Bukan Salah Jodoh Part 10

Sejak hari itu keduanya semakin dekat, mereka selalu menghabiskan waktu bersama. Seperti sepasang dara putih yang sedang merajut kasih. Mengantar dan menjemput Andriana pun seakan sudah menjadi hal yang biasa bagi Sukma, dimana ada Andriana sudah pasti ada Sukma. Dan tiga minggu pun berjalan begitu cepat.

***

Di depan ruang guru setelah kelas selesai.

Andriana : "Mari bu, sudah tidak ada yang tertinggalkan??"

Bu Fatma : "Tidak ada nak, ayoo. Sukma pasti sudah lama menunggu kita." (tersenyum ramah) Keduanya berjalan menuju gerbang sekolah.

Terlihat Sukma sudah menunggu di samping mobilnya.

Sukma : (tersenyum kerah Andriana dan ibunya)

Bu Fatma & Andriana : (tersenyum)

Tiba -tiba ada sosok yang menutupi pandangan Andriana dari Sukma.

Dimas : "Andriana"(tersenyum melambaikan tanganya)

Andriana : "Kak Dimas."

Seketika senyum merekah Andriana berubah menjadi hambar.

Andriana : "Kapan kakak pulang?? Kenapa kakak tidak memberitahuku??"

Bu Fatma : "Sepertinya ada yang ingin melepas rindu." (tersenyum ramah).

Dimas : "Ibu tau saja." (tertawa kecil)

Andriana : "Kak Dimas."(mencubit tangan Dimas)

Dimas : "Aaaauch ..sakit, An." (mengernyit kesakitan)

Sukma : "Lebih baik kita pulang dulu bu, lagi pula Ana sudah dijemput calon suaminya." (wajah datar)

Andriana : "Kak Ama." (Dalam hati, terlihat murung)

Bu Fatma : "Ya sudah, ibu pulang dulu yaa nak."

Andriana : "Iya bu, hati- hati yaa bu. Kak Ama."

Sukma : "Assalammu'alaikum." (senyum dingin dan berlalu)

Dimas & Andriana : "Walaikumsalam."

Sukma : "Mengapa selalu getir rasanya setiap kali melihat mereka bersama. Seandainya aku yg lebih dulu mengenalmu, mungkinkah aku bisa memilikimu??" (dalam hati)

Andriana : "Mengapa dadaku sesak rasanya, perasaan apa ini? Andaikan bisa, aku ingin berlari menghampirinya. Tapi apakah mungkin bisa??" (dalam hati)

Bersambung ..

Friday 30 October 2015

Bukan Salah Jodoh Part 9

Di sekolah tempat Andriana mengajar. Bel telah berbunyi. Di kelas murid- murid sedang berdo'a, untuk mengakhiri pelajaran hari ini. Dan selesai berdo'a mereka berbaris untuk salim dengan ibugurunya, Andriana.

Murid- murid : "Assalammu'alaikum bu Guru .."

Andriana : "Walaikumsalam .., hati- hati ya sayang ..daa- daa." (tersenyum ramah, melambaikan tangan)

Murid- murid : "Daa -daa bu guru." (berlari dengan riang)

Andriana : "Tumben kak Dimas belum menelfon, hhhmmmtt ..
"Astagfirullah ..kan kak Dimas berangkat ke Singapur hari ini, kenapa aku bisa lupa. (memegang kening)
Ayah juga ada meeting hari ini, Ya Allah ..kenapa aku jadi pikun begini. Oiya kak Ama ..(tersenyum senang), aah ..tidak ..tidak ..tidak Andriana. Hmmtt ..lebih baik aku naik taxi saja."

Andriana berjalan keluar sekolah. Sesampainya di depan Pos Satpam ia melihat Galih duduk termenung.

Andriana : "Galih, kenapa kamu belum pulang syang?"

Galih : "Ayah belum datang bu."(dengan wajah murung penuh kepolosan)

Andriana : "Kalau begitu, kamu pulang dengan ibu saja yaa??" (tersenyum dan
membelai rambut Galih)

Galih : "Trimakasih bu, tapi Galih takut nanti ayah menjemputku. Kalau aku tidak ada, pasti nanti ayah pasti cemas mencari Galih." (dengan wajah polosnya)

Andriana : "Anak yang baik, manis sekali kamu sayang." (tersenyum ramah) "Kamu tidak usah khawatir, tunggu sebentar ya." (Mengambil Hp di tasnya dan menelfon ayah Galih, untuk memberitahukan klau Galih akan dia antar pulang). "Nah sekarang mari kita pulang." (menggandeng tangan Galih)

Galih : "Trimaksh bu, ayoo .." (tersenyum manis dengan polosnya )
Sesampainya di depan gerbang sekolah. Ternyata sudah ada Sukma.

Andriana : "Kak Ama ..??" (Heran)

Sukma : "Lama sekali kamu, An. Aku sudah hampir jadi kripik kulit menunggu kamu di sini." (mengernyit dengan memanyunkan bibirnya)

Andriana : "Memangnya aku yang minta?? Itukan keinginan kak Ama sendiri." (Dengan memasang muka tanpa dosanya)

Sukma : "Hmmmttt ..ya sudah ayoo masuk, panas sekali disini." (muka datar)

Andriana : "Memangnya kita mau kemana kak??"

Sukma : "Jalan- jalan."

Andriana : "Jalan- jalan?? Kemana?"

Gumara : "Sudah masuk saja."

Anfriana : "Tapi maaf kak, aku tidak bisa. Karna aku harus mengantar Galih pulang." (muka polos)

Sukma : "Kamu mau ice cream kan??" (berjongkok di depan Galih )

Galih : "Mau paman ..heheheh Tapi .." (menoleh kearah Andriana)

Andriana : "Ya sudah kita makan ice cream dulu." (tersenyum ramah) hmmmtt .. (dalam hati)

Galih : "Yeyeye ..kita beli ice cream ."
(tersenyum kegirangan)

Sukma : "Anak pintar." (mengelus rambut Galih, dengan senyum jahilnya)

Bersambung ..

Thursday 29 October 2015

Bukan salah jodoh Part 8

Sukma dan Dimas masih saling bertatapan dengan pandangan aneh. Sedangkan Andriana bingung, mengapa kedua lelaki itu bisa datang bersamaan. Padahal tak satupun dari mereka mengatakan akan menjemput Andriana.

Andriana : "Kak Dimas? Kak Ama?? Ada apa? Mengapa sepagi ini kalian sudah ada di sini?" (masih heran). "Bukannya kak Dimas kemarin mengatakan tidak bisa menjemputku hari ini? Dan kak Ama, bukannya bu Fatma tidak masuk hari ini?"

Sukma & Dimas : "Ada yang ingin ..."

Kembali mereka berbicara secara bersamaan, dan saling menatap dengan tatapan aneh. Tapi kali ini berbeda, keduanya malah tertawa kecil.

Dimas : "Sebaiknya anda dulu." (Senyum)

Sukma : "Tidak ..tidak ..lebih baik anda saja dulu." (tersenyum)

Andriana : "Kakak ini kompak sekali. Hmmtt ..lebih baik kakak duduk saja dulu."

Mereka pun duduk di kursi teras itu.

Dimas : "Baiklah, kemqrin kakak sudah minta izin dengan ayah dan ibu klau kakak akan pergi ke Singapur untuk menyelesaikan urusan bisnis kakak selama 3 minggu, An."

Andriana : "Kenapa cuma 3 minggu?? Kenapa tidak 3 bulan saja sekalian?! Atau tiga tahun. (Ketus) Kakak selalu saja membohongiku. Selama 2 bulan terakhir ini kakak selalu mengulur waktu, selalu saja pekerjaan yang kakak pentingkan. Aku hanya ingin ke puncak kak, tapi kak Dimas slalu mengingkari Janji kakak. (merajuk)

Dimas : "Maaf .. bukan begitu maksud kakak, An. Tapi .."

Andriana : "Tapi apa kak?? Pernikahan kita sudah semakin dekat, 5 bulan lagi kak. Dan kita masih belum bisa menemukan kak Ajeng." (berkaca- kaca)

Dimas : "Dengarkan kakak dulu, An." (memegang tangan Andriana)

Mereka seakan tidak sadar jika Sukma masih bersama mereka. Sedang Sukma terdiam dengan berbagai macam pertanyaan di benaknya.

Sukma : "Menikah..?? 5 bulan? Secepat itukah? Lalu siapa Ajeng? Mengapa Andriana ingin sekali bertemu dengan wanita itu? Dan kenapa harus dipuncak??" (dalam hati)

Dimas : "Tolong mengertilah posisiku untuk yang terakhir ini, An. Kakak janji sepulang dari Singapur kita akan kesana. Dan kita akan bersama- sama mencari Ajeng." (Lirih)

Andriana: "Apa jaminan Kakak akan menepati janji? Sudah cukup aku, kakak bohongi." (Berkaca- kaca)

Dimas : "Tolong percayalah, An. Ini untuk yang terakhir kalinya."

Andriana : "Baik, sekali ini saja aku percaya. Tapi jika kakak berbohong lagi, aku akan kesana sendiri."

Dimas : "Terimkasih An, kakak janji." (membelai lembut rambut Andriana) "Percayalah, aku juga ingin sekali menemukan Ajeng." (dalam hati)

Andriana : (mulai tersenyum dengan mata yang masih berkaca- kaca)

Sukma hanya terdiam melihat mereka, dan sesekali dia memalingkan muka merah padamnya.

Dimas : "Astagfirullah ..maafkan kami, Sukma. Tidak seharusnya anda melihat kami berdebat seperti ini."

Sukma : "Tidak apa- apa, wajar jika sepasang kekasih sesekali berdebat." (wajah datar dan tersenyum hambar)

Dimas dan Andriana, terlihat malu dan kikuk.

Andriana : "Iya kak, hal penting apa yg ingin kakak sampaikan?"

Sukma : "Ibu tadi memintaku untuk memberikan ini untuk kamu." (menyodorkan map yang sedari tadi dia bawa)

Andriana : "Trimakasih kak." (tersenyum)

Kemudian ayah dan ibu Andriana keluar.

Ibu (Andriana) : "Nak Dimas, nak Sukma."

Dimas dan Sukma bergantian salim dengan kedua orang tua Andriana.

Ibu (Andriana) : "Apa kalian mau menjemput, Ana?"

Andriana : "Tidak bu, kak Dimas hanya berpamitan dengan Ana. Dan kak Ama hanya mengantarkan berkas ini untukku. Lagi pula hari ini kan ayah sudah berjanji mau mengantarkan Ana. Iyakan yah??" (tersenyum manis)

Ayah (Andriana) : "Tentu saja." (Tersenyum)

Mereka pun berlalu, dan pergi ke tujuan masing- masing. Dimas pergi ke Bandara, sedangkan Sukma pergi ke restorant miliknya. Dan Andriana berangkat bersama ayahnya.

Di perjalanan fikiran Sukma masih dipenuhi berbagai macam pertanyaan, yang menggangu otaknya.

Sukma : "Apa benar mereka akan segera menikah?? Lalu siapa Ajeng? Mengapa Ana ngotot sekali ingin bertemu dengannya? Bahkan dia mau ke Puncak sendiri untuk menemuinya?? Hmmmtt .. kenapa aku jadi gelisah. Ya Allah persaan apa ini??? Tidak sepantasnya aku memikirkan calon istri orang. Dan kenapa harus dia??"

Bersambung ...

Friday 23 October 2015

Untuk Bapak Negara












Sosokmu sederhana
Tak banyak bicara
Tegas dan bersahaja
Dalam mengemban tugas negara

Engkau berjuang sekuat tenaga
Demi damainya seluruh jiwa
Di tanah air tercinta
Republik Indonesia

Meski teguran sering engkau terima
Cercaan, bahkan cacian
Namun engkau tetap berlapang dada
Menghadapi badai yang tak berkesudahan
Membuat hatimu terluka tapi tak terlihat nyata
Membuat mereka penuh prasangka
Prasangka akan kesengsaraan yang melanda

Mereka resah dan merana
Menghadapi bencana
Yang tak kunjung sirna
Membuat jiwa- jiwa itu meronta
Dan mengadu pada engkau Bapak Negara
Meski tak jarang dengan nada sumbang
Namun kami harap hatimu tetap lapang

Wahai Bapak Negara- ku
Tetap kuatkanlah langkahmu
Perpanjanglah batas sabarmu
Damaikanlah hatimu
Meski tak mudah
Tapi yakinlah jika kami tetap mendukungmu
Kobarkan semangatmu
Karna keridhoan Allah SWT
Akan selalu menyertai setiap langkamu

Dari rakyat- Mu

Thursday 22 October 2015

Ungkapan Hati



Hari ini aku bahagia

Bahagia karna Allah SWT

Yang masih memberikanku nyawa

Nafasku masih terjaga

Mataku masih terbuka

Untuk menikmati indahnya dunia


Kakiku masih berdiri mengitari bumi

Menikmati setiap waktu dari Sang Ilahi

Takkan lagi kutangisi

Segala kegagalan yang dulu kualami

Karna itu memang proses yang harus kulalui

Meski aku tak tahu tentang masa depanku nanti


Tapi aku tetap akan berlari

Dan pasti kualami cobaan lagi

Saat kemampuanku semakin tinggi

Sebagai batas kepantasan diri


Tapi hamba terima Ya Rabbi

Karna segala sesutu yang Engkau beri

Adalah yang terbaik untuk hamba- Mu ini

Kuatkan hamba jika harus melewati duri

Sadarkan hamba jika terlena akan duniawi


Dan Allamdulillah ialah kata yang bisa hamba ucapkan setiap hari

Sebagai rasa syukur hamba atas segala keridhoan- Mu Ya Rabbi

Wednesday 21 October 2015

Bukan Salah Jodoh Part 7

Sukma tetap terpaku dan menggerutu menyaksiakan kemesraan Andriana dan Dimas. Apalagi ketika melihat Andriana berpamitan pada Dimas, wajah Sukma makin merah padam.

Andriana : "Ya sudah, kakak berangkat giih. Nanti terlambat."

Dimas : "Baik bu Guru cantik." (senyum jahil)

Andriana : (salim dan tersenyum manis) "Hati -hati yaa kak."

Dimas : (tersenyum dan mengangkat jempolnya)

Dimas pun berlalu. Sedang Sukma yang memperhatikan mereka sejak tadi, berbalik membelakangi mereka untuk mengalihkan suasana.

Sukma : "Hmmmmttt ..mengapa udara begitu panas, padahal embun saja belum mengering." (Sambil mengebas- ngebaskan bajunya)

Tiba- tiba terdengar suara yg mengagetkan Sukma.

Andriana : "Kak Ama."

Sukma : "Astagfirullah." (terkejut)
Kamu mengagetkan saja, An. Aku kira kamu .."

Andriana : "Hantu ..??? Mana ada hantu pagi- pagi begini kak, apalagi cantik begini ..heheh" (senyum manis + jahil)

Sukma : (mengernyitkan kedua alisnya dan tersenyum) "Ada- ada saja kamu ini, An. ( tertawa kecil)." Memang kamu sangat cantik, An." (dalam hati, dan menatap Andriana).

Andriana : "Bu Fatma mana kak?? Apa sudah masuk??"

Sukma : "Iya, ibu sudah masuk dari tadi. Lebih baik kamu masuk juga, sepertinya bel hampir berbunyi. Kan tidak baik jika seorang Ibu Guru terlambat." (Tersenyum)

Andriana : "Ya sudah aku masuk dulu yaa kak. Assalammu'alaikum." (tersenyum manis)

Sukma : "Walaikumsalam"

Waktu berjalan cepat, dan mereka semakin akrab. Dimas semakin sibuk sehingga jarang menjemput Andriana, bahkan terkadang Andriana berangkat bersama Bu Fatma dan Andriana. Tidak hanya mereka, kedua orang tua Andriana juga semakin akrab dengan Sukma. Kedekatan mereka bahkan terlihat seperti keluarga.

Suatu pagi, Andriana sudah siap berangkat mengajar. Dan terdengar suara mobil datang. Ternyata Dimas dan Sukma.

Sukma & Dimas :
"Assalammu'alaikum " (saling menoleh)

Andriana : "Walaikumsalam .." (Terbata dan pelan)

Bersambung ..

Monday 19 October 2015

Bukan Salah Jodoh Part 6

Andriana masih terisak- isak dalam tangis, air matanya seakan tak mau berhenti mengalir. Kejadian itu terus saja terngiang- ngiang di benak Andriana.

Andriana : "Apa yang harus kulakukan kak? Kemana lagi aku harus mencarimu?" (terus menangis).

Tiba- tiba Andriana terdiam dan segera beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi. Ternyata dia mengambil air wudhu, untuk mengerjakan sholat malam. Dengan khusuk dia memanjatkan do'a dalam setiap sujudnya.

Andriana : "Ya Allah , ampunkanlah segala dosa- dosa hamba. Ampuni hamba Ya Rabb, ampuni hamba karna belum mampu bersabar menghadapi cobaan dari- Mu. Hamba mohon selamatkan hamba, beri hamba kekuatan untuk menemukan kak Ajeng. Hamba yakin Engkau pasti menjaganya, akan tetapi jika memang masih Engkau berikan hamba kesempatan untuk bertemu lagi denganya, hamba mohon kuatkan hati dan langkah hamba. Amin."

Terlihat ketenangan dari raut wajah Andriana, dan setelah hatinya merasa tenang dia pun beranjak tidur kembali. Malam berlalu, dan sang mentari terbit menyinari bumi.

Di rumah Bu Fatma sedang menyiapkan sarapan.

Bu Fatma : "Sukma ..sarapanya sudah siap nak, ayoo sarapan dulu."

Sukma : "Iya bu .. (sambil memeluk ibunya dari belakang)

Bu Fatma : "Hmmmtt ..wangi sekali, aroma apa ini??" (tersenyum)

Sukma : "Aroma siapa lagi klau bukan anak ibu yang tampan ini." (tersenyum jahil)

Bu Fatma : "Ooh ..benarkah? Pantas saja kamu mandi lama sekali. Jadi kamu luluran dulu." (tertawa kecil)

Sukma : "Ibu, mana mungkin aku luluran bu? Memangya aku anak perawan. Huuftt .." (terlihat merajuk)

Bu Fatma : "Ya sudah kita sarapan dulu, nanti nasi gorengnya malah dingin." (menahan tawa)

Sukma : "Baiklah, memang ibu ratunya mengalihkan pembicaraan." (Merajuk)

Sedangkan di rumah, Andriana sedang bersiap- siap untuk kerja. Dan Ammar datang menjemputnya. Mereka pamit kepada ibu Andriana, dan langsung berangkat.

Di perjalanan ,,

Andriana : "Besok kita jadi kepuncak kan Kak?" (senyum manis)

Dimas : "Maaf An, sepertinya minggu ini blum bisa. Masih ada pekerjaan yang harus Kakak selesaikan." (sembari fokus menyetir mobil)

Andriana : "Tapi kak Dimas kan sudah janji. "(Manyun)

Dimas : "Iya, aku minta maaf. Tapi pekerjaan ini benar- benar tidak bisa ku tinggalkan, An. Aku janji, pasti secepatnya kita kesana. Kamu mau mengerti posisiku kan?" (tersenyum menatap Andriana)

Andriana : "Iya - iya, tapi Kakak jangan bohong lagi." (manyun)

Dimas : "Janji .. (Mengangkat jari kelingking dan tersenyum manja)

Andriana : "Kakak ini seperti anak- anak saja. (Menahan tawa)

Dimas : "Nah ..kalau senyumkan lebih cantik." (Tersenyum jahil)

Andriana : "Memang aku cantik ..hehe
Mereka saling bertatapan dan tertawa.

Beberapa saat kemudian, mereka sampai di sekolah tempat Andriana mengajar. Ammar turun dari mobil, di ikuti dengan Anriana.

Andriana : "Hmmmtt selalu saja, kapan kak Dimas bisa memakai dasi dengang benar??" (Sambil memperbaiki dasi Dimas yang miring)

Dimas : (nyengir)

Andriana : "Sudah ..(tersenyum manis)

Dimas : "Trimakasih nona Andriana." (mencubit hidung Andriana)

Andriana : "Kakak ..sakit tau." (manja)

Ternyata Sukma memperhatikan mereka dari kejauhan.

Sukma : "Mengapa cuaca tiba- tiba jadi mendung." (matahari bersinar cerah)
"Hmmmtt ..tidak seharusnya aku menyaksikan ini." (terus menggerutu dalam hati)

Bersambung ...

Saturday 17 October 2015

Penggores Hati

Sejak pertama bertemu
Ku tau jika hatimu tlah termiliki
Dan tlah kucoba hentikan
Melodi indah yang mulai mengisi hati

Namun kau justru datang menghampiri
Dengan guratan keluguan di wajahmu
Membuat hatiku gelisah
Antara suka dan duka

Mengapa sikapmu sulit kupahami
Mengapa kau datang kemari
Padahal aku sudah berusaha
Meracuni smua bunga yang mulai bersemi


Taukah kau jika ini menyayat hati?
Taukah kau jika kutak ingin seperti ini?
Taukah kau jika kuingin kau pergi?
Namun melodi itu kembali berirama
Merdu dan menggoda kekuatan hati













Aku mencoba mencari pengganti
Namun tak seperti dirimu
Hatiku tetap berkata aku memilihmu
Tapi itu tak mungkin bagiku

Dan sekarang ..disaat hatiku semakin larut
Kau tancapkan serpihan kaca keseluruh hati
Saat kau mengikatkan pita kehidupan
Pada dia ..kekasihmu saat ini

Hatiku perih ..
Hingga tak kuasa lagi
Ku kenakan topeng ini
Tubuhku rubuh tak sadarkan diri
Namun ..aku bangkit lagi
Dan ku guratkan senyum hambar ini
Semoga kau bahagia bersamanya
Karna kelak ..akupun pasti bahagia
Bersama pangeran idaman setiap wanita

Friday 16 October 2015

Filosofi Alas Kaki

Warna kalian senada 
Tapi tak sama
Kanan dan kiri
Namun itu bukan berarti
Kalian tak sehati
Karna kalian takkan mungkin
Hidup seorang diri

Kalian ada untuk melindungi
Melindungi setiap langkah kaki
Kalian rela tertancap duri
Bermandikan lumpur dan sampah
Demi tanggung jawab
Untuk melindungi setiap jari- jemari












Jika salah satu patah
Maka kalian tak akan lagi melangkah
Dan kalaupun melangkah
Kalian tetap tak sehati
Karna jiwa kalian tak bisa menyatu

Meski terlihat sederhana
Namun kalian memiliki banyak makna
Berguna bagi setiap insan manusia
Entah budak atau raja
Kalian tidak membedakanya
Karna kalian tetap setia
Pada siapa saja yang kalian jaga

Thursday 15 October 2015

Asmara Belia

Kulajukan armada roda duaku perlahan, dengan hembusan angin yang terasa menyentuh kulitku perlahan. Sesekali ku guratkan senyuman, namun tetap saja wajahku nampak masam. Kini kembali ku terbawa dalam kisah yang tlah usang, namun menyimpan beribu kenangan yang kadang bisa membawaku ke awang- awang.

Flasback On,,

***

Malam ini malam minggu, aku sudah siap untuk menghabiskan malam ini bersama kedua sepupuku. Dengan jeans biru, dan switter ungu kesayanganku. Ku gerai rambut ikalku, dengan bando yang melekat indah diatasnya. Oh iyaa, perkenalkan namaku Rosdiana. Murid kelas 3 di salah satu SMP di kotaku. Dan sekarang aku sedang menikmati liburan di rumah saurada sepupuku.

Aku berjalan bergandengan dengan Nida, sepupu perempuan yang sesusia denganku. Sedang kak Handy (sodara laki- laki Nida) berjalan sendiri di belakang kami. Mengawasi dua gadis belia yang mulai rempong dimana saja. Bagaimana tidak, sepanjang perjalanan kami terus mengoceh tak ada hentinya. Dan kak Handy hanya bisa menggeleng dengan tawa kecilnya.

Kini kami sampai di tempat tujuan, tempat berjajarnya bermacam permainan, kerlap- kerlipnya lampu warna- warni, serta ribuan kembang gula. Tempat ini begitu padat, dipenuhi insan yang menghabiskan malam panjang dengan orang- orang yang mereka sayang. Sama seperti yang kami lakukan.

"Waaahhh ..rame banget yaa, Da." Ucapku antusias dengan mata yang mengitari setiap sudut pasar malam, tempat kami berdiri.

"Iyaalah ..Sy, namanya juga pasar malam. Kalau sepi, namanya kuburan. Heheheh" ledek Nida padaku.

"Sok tau kamu, Da. Orang di kuburan juga lagi rame, tante kunti sama om copongkan lagi disco. Hahhhaha"

"Huuuss ..jangan sembarang kalau ngomong kamu, Sy." Sahut kak Handy dengan nada yang sedikit meninggi.

"Iya- iya kak, aku kan cuma bercanda." Jawabku yang mulai mengguratkan raut masam di wajahku.

"Makanya kalau bercanda itu jangan kelewatan, Sy. Mereka itu lagi bikin acara khitanan Si Tuyul, kok kamu bilang lagi disco. Hahahaha"

"Huuuuufftt ..kakak ..gak lucu tau." Ucapku.

"Iyaa ..garing kayak emping." Imbuh Nida.

Aku dan Nida hanya menghela nafas melihat kak Handy yang masih tertawa dengan lawakan garing yang lucu baginya.

***

Aku menuggu Nida di depan kamar mandi umum, sedang kak Handy masih membeli kembang gula pesanan kami. Namun, tiba- tiba ada seorang anak kecil yang menangis mencari ibunya. Ku hampiri dia. Dia pun bercerita jika ia baru saja kehilangan orang tuanya, saat ia tergoda melihat tumpukan boneka. Karna tak tega aku pun mengantarkan ia mencari ibunya.

"Da ..kamu masih lama??" Teriakku pada Nida.

"Bentar Sy, perutku lagi konslet niih."

"Aku pergi bentar ya, nanti tunggu aku disini. Jangan kemana- mana."

"Iyaa, jangan lama- lama." Sahut Nida.

Akupun berjalan menyusuri setiap sudut pasar malam bersama gadis kecil tadi, yang bernama Rara. Kami terus berjalan, hingga kami bertemu kedua orang tua Rara yang nampak gelisah bercampur haru. Setelah itu, aku pamit dan berlalu.

Di perjalanan aku bertemu kak Handy, bersama seorang temanya. Dia adalah kak Gumilang, teman sekelas kak Handy di SMA tempat mereka menimba ilmu. Lalu kami pun berkenalan.

"Astaga ..tampan sekali pangeran ini, kak Gumilang. Wajahmu begitu cemerlang." Batinku sembari sesekali tersenyum tak jelas.

Sejak saa itulah kami semakin dekat. Hampir seluruh waktu liburan, ku habisakan bersama kak Gumilang. Dari lari pagi bersama, bersepeda, bermain pasir di pantai, hingga beberapa kali kami ke pasar malam lagi. Tapi tentu kami tak hanya berdua, ada Nida dan kak Handy yang ikut bersama kami. Meskipun begitu, aku sangat bahagia.

Hubunganku dan kak Gumilang berlanjut, bahkan saat kami terpisah oleh jarak. Karna aku yang harus kembali ke kotaku. Memang cinta tak mengenal jarak dan waktu, tapi kata orang cinta kami ini cinta monyet belaka. Dan akan hilang begitu saja saat kami beranjak dewasa, tapi terserahlah. Yang penting aku bahagia bersama cinta pertamaku, Gumilang.

***

Terdengar deringan hanphoneku, dan tertera nama "My Gumgum". Namun kali ini aku enggan mengangkatkan.

"Aaah ..mana ada pacaran cuma lewat telfon doang, kamu pacaran sama orang apa sama handphone?? Hahahah .." Terngiang ejekan teman- temanku tadi, di sekolah.

"Atau ..jangan- jangan kamu pacaran sama operator yaa, sy??" Ledek temanku lagi, yang kembali terngiang- ngiang di telingaku.

Ingin rasanya aku masukan sebongkah es balok untuk menutup mulut mereka, tapi apa dayaku. Semua yang mereka katakan adalah fakta. Kak Gumilang memang pacarku, tapi tak seperti pacar teman- temanku. Mereka slalu diantar jemput pacar mereka, nonton bareng, jalan- jalan dan masih banyak hal indah yang mereka lakukan. Sedang aku, aku hanya berkutat dengan telfon genggam. Terlebih saat kak Gumilang diharuskan pindah ke Papua bersama nenek dan kakeknya, hubungan kami semakin renggang.

Bahkan untuk memasang foto bersama pacarku di akun sosial media, aku pun tak bisa. Itulah yang membuatku lelah, dan kuputuskan untuk berpisah darinya.

"Maaf kak, lebih baik kita akhiri saja hubungan ini."

"Apa maksud kamu, Sy?? Memangnya apa salahku??" Suara kak Gumilang terdengar nyaring ditelingaku.

"Kakak gak salah, tapi aku hanya ingin kita fokus kekehidupan kita masing- masing. Aku ingin fokus kesekolah kak, jadi aku harap kakak bisa mengerti posisiku." Jawab yang terdengar klasik, yaah memang itu bukan alasanku sesungguhnya.

Berbagai macam penjelasan terlontar dari mulutnya, ia berusaha meyakinkanku untuk tetap mempertahankan hubungan kami. Hati tergetar, namun kalimat sumbang teman- temanku kembali terngiang hingga kembali mengeraskan hatiku.

"Baiklah, jika itu yang bisa membuatmu nyaman. Aku terima. Tapi, kita masih bisa bertemankan?" Ucap kak Gumilang lirih.

"Tentu kak." Jawabku singkat, hatiku kembali tergetar namun kuabaikan.

***

Libur sekolah kembali menyapa, dan seperti biasa. Aku menghabiskanya di rumah sepupuku, Nida. Namun tak ada kak Handy, karna ia kini kuliah di Jogja.
Tergambar jelas akan seperti apa jadinya liburanku kali ini, tak ada kak Handy dan Nida juga sibuk dengan pacar barunya. Sedang aku, hanya berdiam diri di rumah. Duduk di depan layar kaca, hingga pedih di mata.

Tujuanku kemari untuk mencari hiburan, namun yang kudapat sama seperti saat aku di rumahku sendiri. Biasa saja, dan tak ada yang istimewa.

Bosan menonton drama aku pun merebahkan tubuhku di kamar, berharap aku bisa tertidur lelap hingga waktu gelap. Namun, justru hal yang menjengkelkan terlintas di benakku. Kenangan saat aku putus dengan kak Andre tepat setelah acara pensi usai, padahal kami baru jadian sekitar 4 bulan. Dan hal yang membuatku kesal adalah alasanya yang sangat klasik. Ya ..ingin konsentrasi ke kuliahnya, sama seperti alasanku putus dengan kak Gumilang dulu. Ini mungkin karma yang ku terima, sebagai balasan sakitnya hati kak Gumilang saat kupuskan dia demi keegoisanku.

Handphoneku berdering, nomor yang tak kukenal. Senernya aku enggan mengangkatnya, takut jika hanya orang yang iseng saja. Tapi entah kenapa, aku kemudian mengangkatnya.

"Hallo " , suaraku terdegar datar.

"Hallo ..Rosdiana." Suara itu terdengar lembut, seperti lantunan nada yang sering kudengar dulu.

"Kak Gumgum." Jawabku spontan.

"Heheheh ..masih hafal aja kamu sama suara kodokku, Sy." Suara tawa yang terdengar nyaring dari sang empunya di sebrang sana.

Tak banyak yang kami bicarakan, karna lidahku masih terasa kaku. Antara senang dan penyesalan yang bercampur menjadi satu, membuat kalimat- kalimat dingin yang justru keluar dari bibirku.

"Maafkan aku kak." Batinku lirih. Namun yang keluar dari mulutku hanyalah "Oh ..iya, ya ..gak ..udah," dan bermacam kata dingin lainya. Bahkan tawaku begitu kaku.

Kak Gumilang justru terus mengajakku bicara, seolah ia tak mendengar jawaban- jawaban dingin dariku. Lalu ia ingin menemuiku di rumah Nida. Karna ia tahu benar jika liburan aku pasti ada disana, dan karna itu ia pulang dari Papua.

Aku menolaknya halus, ku katakan jika liburan ke Bali bersama kedua orang tuaku. Penyesalan di dalam hatiku, membuatku malu jika harus bertemu dengannya.

"Sayang yaa, padahal aku ingin sekali aja bisa ketemu kamu lagi, Sy." Terdengar suara kekecewaan kak Gumilang yang teramat dalam.

"Maaf yah kak ..hmmmtt ..tapi kan kita masih bisa ketemu lagi tahun liburan tahun depan kak. Heheheh" sahutku ringan, mencoba menutupi hatiku yang semakin diliputi rasa bersalah.

Dan itu perbincangan terakhir kami.

***

Flasback Off,,

Perasaanku hancur, saat kembali ku ingat barisan- barisan kalimat di surat itu.

Sepenggal Surat ,

Aku sangat- sangat merindukanmu, Sy. Dan sekarang kamu tau kan smua rahasiaku?? Jadi jaga diri kamu baik- baik yah "My Osy", belajar yang rajin. Semoga kelak kamu bertemu pangeran impian kamu, yang bisa menemanimu setiap waktu. Meskipun itu akan membuatku cemburu dari alam sana, tapi tak apa. Yang terpenting kamu bahagia. Oh iya, aku ingin sekali makan ice cream berdua dengan kamu, Sy. Nanti abis baca ini kamu beli yaah, rasa coklat aja. Kayak ice cream favorit kita dulu. Bye ..bye "My Osy".

Tertanda : Gumilang Arfian

Setiap barisan tulisan di lembaran surat itu, terus saya terngiang di benakku. Betapa hancur hatiku, kekasih pertamku pergi dari dunia ini karna ke egoisanku.

Hal yang slama ini ia simpan sendiri kini kuketahui, ia pergi ke Papua karna kedua orang tuanya bercerai. Dia sangat frustasi, namun ia hanya menyimpanya sendiri. Dia tak ingin aku sedih karenanya. Hanya dengan mendengar suaraku dan beradu dalama gelak tawa saja itu sudah membuatnya bahagia. Namun aku justru mencampakannya, membuatnya semakin hanyut dalam kepedihan diri.

Aku yang seharusnya menghibur kekasihku, tapi aku justru mementingkan egoku. Bahkan saat ia ingin menemuiku dulu, dia tau jika aku berbohong. Dia tak marah, bahkan dia hanya mengamatiku dari jauh. Mengambil potretku dari sudut yang tak kuketahui. Mengabadikan setiap raut wajah yang tergurat di wajahku, yang kini ku simpan bersama surat darinya. (Gumilang memutuskan untuk bunuh diri karna frustasi, setelah mengirimkan surat terakhirnya pada Rosdiana).

***






Aku terduduk sendiri di sebuah bangku taman, menikmati ice crem yang melumer di tangan. Bercampur tetesan air mata yang terus mengalir dari kedua bola mataku.

Penyesalanku semakin dalam, namun aku tak lagi mempunyai waktu untuk menebus smua kesalahanku padanya. Bahkan aku tak bisa melihat batu nisannya.

Kak Gumgum sayang, maafkan aku yang terlalu mementingkan egoku. Dan semoga Tuhan juga memaafkan aku, yang tlah membuatmu khilaf dan mengambil jalan pintas.

Dan itulah akhir dari asmara belia antara aku dan dia.

Gundah

Entah mengapa tiba- tiba hatiku gundah gulana
Padahal hari- hari yang kulalui hari ini
Biasa saja dan tak ada yang membuatku terluka
Tapi kenapa batin ini serasa perih??

Aku tak tau dengan apa yang kurasakan
Harus bertanya pada siapakah aku sekarang??
Karna tak mungkin aku bertanya pada rumput yang bergoyang
Hmmmmtt ..mungkinkah karna mimpi??
Tanyaku lagi pada diri
Dan batinku menjawab lirih
Ya ..mimpi ..
Mimpi yang begitu indah
Namun belum juga ku raih


Oh Tuhanku ..
Ampuni hamba- Mu ini
Yang lagi- lagi mengeluhkan nasip diri
Padahal Engkau tlah berjanji
Akan mengabulkan segala pinta
Jika hamba- Mu mampu meraihnya
Engkau akan tambahkan kekuatan
Pada setiap hamba yang tak pernah bosan
Untuk mewujudkan impian
Yang tetap berjalan penuh harapan

Sedang hamba hanya diam
Tenggelam dalam lamunan dan khayalan
Yang tak mungkin jadi kenyataan
Jika hamba tetap diam
Oh Rabb-ku ..
Ampuni segala dosa dan khilafku
Bimbinglah aku menuju ridho- Mu
Kuatkan langkahku dan sabarkan hatiku
Dan biarkan hati ini mengikuti
Segala kehendak- Mu
Dalam keimanan dan ketaqwaan pada- Mu
Hingga nafas terakhirku
Ku serukan syahadad hanya untuk Engkau, Rabbi- ku ..

Tuesday 13 October 2015

Bukan Salah Jodoh Part 5

Masih di depan gerbang sekolah, bu Fatma menggoda anaknya yang asyik mengobrol dengan Andriana.

Bu Fatma : "Eehemmtt .. (senyum menggoda), kalian serius sekali. Sampai- sampai kalian tak sadar ibu juga ada disnim."(merajuk)

Andriana & Sukma : "Maaf bu " (saling melirik dan nenhan tawa)

Bu Fatma : "Kompak sekali kalian." (tersenyum)
"Ya sudah kita berangkat saja, perut ibu sudah keroncongan." (mengernyit sambil memegang perut)

Sukma : "Oke ..silahkan masuk ibundaku tersayang." (membuka pintu mobil) Apakah bu Guru, tidak mau masuk juga??"

Andriana : "Terimakasih Pak, uupps maaf ..kak Ama." (masuk dan tersenyum jahil)

Sukma : (tersenyum )

Perjalanan pun dimulai, mereka asyik mengobrol sampai tak teras sudah sampai di toko buku. Tapi hanya Sukma yang turun, sedang bu Bu Fatma dan Pita tetap di mobil menunggu Sukma. Tak lama kemudian Sukma datang, dengan membawa segebok buku di tanganya. Mereka pun melanjutkan perjalann hingga akhirnya sampai di rumah Andriana.

Andriana : "Trimakasih ya bu sudah mau mengantar saya pulang. Mari masuk .."

Bu Fatma : "Iya nak sama- sama, tapi maaf kami harus segera pulang. Sampaikan salam ibu pada ibumu."

Andriana : "Baiklah bu (salim), dan trimakasih kak Ama." (tersenyum manis)

Sukma : "Sama- sama, bu Guru." (Tersenyum jahil kearah Andriana)

Pita tersenyum kecil melihat sikap Sukma.

Bu Fatma & Sukma : "Assalammu'alaikum "

Andriana : "Walaikumsalam, hati- hati bu, kak Ama." (melambaikan tangan dan tersenyum)

Hari begitu cepat berlalu dan malam pun tiba. Di kamar terlihat Sukma merebahkan diri di ranjangnya.

Sukma : "Kak Ama??
(senyum- senyum geli) Baru kali ini ada wanita yang memanggilku "Kak Ama", hehhee Tapi apa tak terdengah aneh, "Ama" ..sepeti anak kecil saja. Hmmtt ..tak apalah, mungkin wajahku masih imut- imut. (Tertawa kecil) Manis sekali senyumnya, dan dia pintar sekali mencairkan suasana. Senyumnyaa .." (tersenyum tak jelas)
"Astagfirullah ..apa yg sedang aku fikirkan. Dia kan calon istri orang ..hmmmtt ..seandainya .."

Di kamar Andriana tertidur dengan pulasnya. Namun seperti malam sebelumnya, raut muka Andriana berubah gelisah dan keringatnya bercucuran. Dan benar saja, karna mimpi itu datang lagi. Dia pun terbangun menangis.

Andriana : "Maafkan aku kak ..maafkan aku .."(air matanya terus mengalir)

Monday 12 October 2015

Bukan Salah Jodoh Part 4

Sukma : "Saya hanya melakukan yang seharusnya, selayaknya tugas kita untuk membantu sesama."

Dimas : "Tapi tidak smua orang memiliki keberanian seperti anda, Sukma. "

Sukma : (senyum cool)
"Kenapa terasa aneh saat tau Andriana sudah mempunyai tunangan. Perasaan apa ini? Bahkan aku baru mengenalnya. Hmmmtt .." (dalam hati)
Yang terpenting sekarang semua sudah baik- baik saja, jadi anda tidak perlu sungkan."

Andriana : "Iya kak, dari mana kakak tau ada aku di RS?"

Bu Fatna : "Tadi ibu yang menelfon nak Dimas, An. Karna jika ibu memberihatukanya kepada orang tuamu, ibu takut mereka panik dan terguncang. Jadi ibu memilih menghubungi nak Dimas saja. (Senyum)

Andriana : "Trimakasih bu, itu yang dari tadi saya fikirkan. Saya takut ibu terlampau panik, dan kembali sakit." (berkaca- kaca)

Setelah kecelakaan itu, ibu Pita mengalami depresi. Jika mendengar Pita dalam bayaha sedikit saja dia akan terguncang lagi. Dan baru setahun terakhir ibunya sembuh.

Bu Fatma : "Ya sudah nak, lebih baik kamu istirahat dulu. Semua akan baik- baik saja (mengelus pita). Karna nak Dimas sudah datang, ibu pamit dulu yaa nak?"

Andriana : "Iya bu, sepertinya Pak Sukma juga sangat letih dan butuh istirahat. Dan sekali lagi trimkasih Pak Sukma." (Senyum manis)


Sukma : "Sama- sma Pita. Kami pamit dulu."

Bu Fatma & Sukma : "Assalammu'alaikum .."

Dimas & Andriana : "Walaikumsalam "

Bu Fatma dan Sukma pun berlalu.

Dimas : "An, lain kali jika kakak tidak bisa menjemputmu, tolong kamu mau dijemput supir kakak. Karna aku tidak mau hal ini terjadi lagi. Aku malu jika bertemu Ajeng nanti, jika kamu seperti ini. Karna aku tidak mampu menjaga adik kesayanganya."

Andriana : "Siap komandan .."
(posisi tangan di kening (hormat), tersenyum jahil)

Dimas : "Kamu ini ..selalu saja .." (mencubit hidung Andriana, gemas)

Dan mereka kembali dalam gelak tawa.
Hari berganti petang, Andriana sudah merasa baikan dan iya ingin pulang. Dimas pun menuruti keinginanya.

Ke esokan harinya Andriana sudah bersiap lagi untuk mengajar. Dimas juga sudah datang untuk menjemputnya seperti biasa. Pita pun kembali mengajar sebagaimana mestinya. Hingga jam pelajaran selesai.

Ketika pita di ruang guru Pita bertemu dengan Bu Fatma.

Bu Fatma : "Pita kenapa kamu belum pulang? Apa nak Dimas blum menjemputmu?"

Andriana : "Belum bu, mungkin kak Dimas masih di perjalanan. (Senyum) Iya bu, bagaimana kondisi Pak Sukma?"

Bu Ratih : "Alhamdulillah dia sudah membaik. Sekarang saja dia sudah di depan menjemput ibu nak." (Senyum)

Andriana : "Alhamdulillah kalau begitu, bu." (senyum tenang)

Terdengar suara Hp Pita berdering. Dan ternyata itu dari Dimas. Dia menghubngi Pita karna dia tidak bisa menjemputnya lagi, dan sudah menyuruh supir pribadinya untuk menjemput Pita. Pita pun menurutinya.

Bu Fatma : "Dari nak Dimas, yaa nak? Apa dia tidak bisa menjemputmu?"

Andriana : "Iya bu, ada urusan kantor yang tidak bisa dia tinggal. Tapi dia sudah mengirimkan supirnya untuk menjemput saya, bu." (senyum manis)

Bu Fatma : "Bagaimana kalau kamu bareng ibu saja? Kan rumah kita searah. Dari pada kamu menunggu lama?"

Andriana : "Apa tidak merepotkan ibu?"

Bu Fatma : "Tentu saja tidak nak. Ayoo."

Andriana : "Baik bu, tapi sebentar saya sms kak Dimas dulu."

Mereka pun berjalan keluar, dan benar saja ternyata Sukma memang sudah mennggu di depan gerbang sekolah.

Bu Fatma : "Ayoo nak .."

Sukma : "Mari bu, tapi kita mampir ke toko buku sebentar ya bu. Ada buku penting yang harusku beli. (Baru tersadar ada Andriana) "Loh ..kamu sudah sembuh, An?"

Andriana : "Alhamdulillah sudah, Pak
Sukma. Bapak sepertinya juga sudah sehat." (Senyum manis)

Sukma : "Bapak lagi ..bapak lagi, memang saya terlihat sangat tua yaa??" (sedikit merajuk)

Andriana :" Bukan begtu Pak, saya hanya tidak enak jika memanggil bapak hanya dengan nama. Kurang sopan rasanya." (wajah malu, sungkan)

Sukma : "Tapi jangan Bapak lah An, saya kan belum terlalu tua. Apa panggilan lain tidak ada?" (Cemberut)

Andriana : "Hmmmmtt ..bagaimana klau kak Ama??" (senyum manis)

Sukma : "Kak Amar ..?? Hmmmtt ..itu lebih baik ..(senyum manis)

Bukan Salah Jodoh Part 3

Supir mobil itu membanting setir dan menabrak telfon umum. Terlihat ada seorang pria yang berguling- guling, hingga punggung orang itu membentur pohon. Semua orang panik menghampiri orang tersebut, dan mencari Andriana. Dan ternyata Andriana dan muridnya tergeletak disamping pria yang menghantam pohon tadi. Terdengar suara seorang ibu murid memanggil Andriana.

Wali Murid : "Bu Andriana ..bangung bu, bu bangung ..bu.. "

Datang dari arah berlawanan, seorang pria yang menghambur ke arah mereka. Dia adalah ayah dari murid yang tertabrak bersama Andriana, yang bernama Galih.

Ayah Galih : "Galih ..bangun nak ..Galih ..Galih ..ini ayah nak."

Datanglah Bu Fatma (Kepsek).

Bu Fatma : "Apa yangg terjadi?? Ya Allah Galih ..Andriana ..Sukma ..apa yang sedang terjadi nak??

Ayah Galih : "Sebaiknya kita bawa mereka ke Rumah Sakit."

Wali murid lain : "Iyaa , ayooo .."

Di rumah sakit terlihat bu Fatma menghampiri pria tadi. Disampingnya juga terlihat Pita yang masih tak sadarkan diri. Kemudian pria (Sukma) itu sadar.

Bu Fatma :"Alhamdulillah ..akhirnya kamu sadar nak.(tersenyum tenang)
Apa yang sebenarnya terjadi, nak?"

Sukma : "Kejadianya begitu cepat bu. (meringis kesakitan) Ketika Sukma datang untuk menjemput ibu, Sukma melihat seorang wanita mendekap anaknya di tengah jalan. Ada mobil yang melaju kencang, tapi dia hanya diam. Jadi Sukma menarik mereka. Siapa sebenarnya wanita ini ibu?"

Bu Fatma : "Dia Andriana , salah satu guru terbaik di sekolah ibu. Dan wajar saja jika dia tadi mematung dijalan nak."

Sukma : "Wajar?? Apa maksud ibu?? Seharusnya dia segera berlari bu."

Bu Fatma : "Itu semua wajar karna dia mengalami trauma, Sukma."

Sukma : "Trauma??" (makin penasaran)

Bu Fatma : "Dulu dia .."

Tiba- tida terdengar suara Andriana.

Andriana : "Jangan ..jangan ..tidaakkk .."

Bu Fatma : "Andriana ..tenang nak, tenang , kamu sudah berada di tempat yang aman. Tenang nak." (membelai lembut Andriana)

Sukma bangkit dengan sedikit sempoyongan dan berdiri disamping ibunya.

Andriana : "Bu Fatma .."(mulai sadar, dengan mata yang berkaca- kaca), maafkan saya. Semua ini tidak akan terjadi jika saya tidak ceroboh seperti tadi." (menangis)

Bu Fatma : "Tenang nak, ini semua bukanlah kesalahanmu." (memeluk Pita)

Sukma hanya diam memperhatikan ibunya dan Andriana yang hanyut dalam tangis.

Andriana : "Lalu bagaimana keadaan Galih sekarang bu? Apa dia baik- baik saja? Bagaimana bu?" (Panik)

Bu Fatma : "Tenang nak, Galih baik- baik saja. Sekarang dia sudah bersama orang tuanya."

Andriana : "Alhamdulillah .." (sesengukan dg tersenyum tenang). "Maaf anda siapa? Apakah anda yang tadi menyelamatkan saya?"

Sukma : "Saya hanya melakukan yg sewajarnya." (Tersenyum tipis)

Andriana : "Trimaksih karna anda sudah menyelamatkan saya ..Pak .." (menatap Sukma)

Andriana : "Panggil saja Sukma."

Andriana : "Sekali lagi trimaksih Pak Sukma, karna telah menyelamatkan hidup saya. Perkenalkan, saya Andriana." (Tersenyum manis)

Lalu keduanya berjabat tangan. Dan Dimas pun datang.

Dimas : "Assallammu'alaikum .. (mendekati Andriana) Apa yang terjadi, An? Apa kamu terluka? Mana yg sakit?" (Panik)

Andriana : (tersenyum)

Bu Fatma : "Tenang nak, dokter bilang Andriana hanya syock dan mengalami sedikit memar saja. Tidak ada yang serius, jadi hanya butuh istirahat yang cukup". (Tersenyum ramah)

Andriana : "Kakak tak usah khawatir, aku baik- baik saja."

Sukma : "Wanita ini terlihat sangat berbeda. Tapi siapa pria ini? Apa dia kakaknya?" (Dalam hati)

Dimas : "Bagaimana bisa kamu memintaku tak mengkhawatirkan kamu?? Kamu jadi seperti ini karna keteledoranku, maafkan aku, An." (memegang erat tangan Andriana).

Andriana : "Tidak kak ini bukan salah kak Dimas. Oo'iya kak, kenalkan ini Pak Sukma. Orang yang berkenan menyelamatkanku tadi."

Sukma : "Sukma "( Mengulurkan tangan)

Dimas : "Ammar " (menyambut tangan Gumara). Trimakasih anda sudah menyelamatkan tunangan saya." (Tersenyum ramah)

Sukma : "Tunangan??" (dalam hati)

Friday 9 October 2015

Bukan Salah Jodoh Part 2

Dimas : "Maaf An, tadi ada berkas kakak yang ketinggalan di rumah. Jadi kakak ambil dulu, sampai- sampai telat jemput kamu." (sambil membelai rambut Andriana)

Andriana : "Iya gak apa- apa kak, tapi kenapa hp kak Dimas juga gak aktif?" (Manyun)

Dimas : "Oooh ..hp kakak lowbed, sayang. (senyum jahil) Kenapa? Apa kamu khawatir? Atau .."
Belum selesai Dimas meneruskan pertanyaanya, tapi sudah dijawab Andriana.

Andriana : "Enggak apa- apa, aku cuma takut telat." (muka jutek)

Dimas : "Hmmmtt ..ibu guru yang satu ini makin cantik saja kalau marah." (senyum jahil)

Andriana : "Siapa yang marah." (Cemberut).

Ibu : "Sudah- sudah, kalian ini seperti anak kecil saja. Lebih baik kalian berangkat sebelum terlambat." (senyum ramah)

Andriana : "Iya bu. Kami berangkat dulu bu." (Salim)

Dimas & Andriana : "Assalammu'alakum."

Ibu : "Walaikumsalam, hati- hati ya nak." (Melambaikan tangan dengan senyuman)

Di perjalanan, dalam mobil.

Andriana : "O'iya kak, akhir pekan ini kita jadi ke puncakkan?

Dimas : "Ooo ..jadi bu guru cantik ini udah gak marah lagi? Kakak dah dimaafin dong?" (melirik Andriana smbil senyum jahil)

Andriana : "Hmmtt ..kak Dimas ..berhentilah mengejekku. Aku ini serius kak ..huuftt." (Menghela nafas)

Dimas : "Iya -iya maaf." (Senyum manis) Tapi apa kamu yakin, An? Terakhir kita kesanakan, kamu hampir pingsan."

Andriana : "Tapi itukan dulu kak, dan kali ini aku pasti kuat. (menatap Dimas) Karna pernikahan sudah semakin dekat, dan kak Ajeng belum ditemukan. Padahal sudah 3 tahun sejak kecelakaan itu. (mulai berkaca- kaca) Ini smua salahku, seharusnya aku tak melepaskan tangan kak Ajeng. (makin berkaca- kaca).

Kemudian Dimas menepikan mobilnya.

Dimas : "Sudahlah An, berhenti menyalahkan dirimu sendiri. Ini semua memang sudah kehendak Sang Maha Pencipta. Dan kita tidak boleh menyalahkan diri sendiri, seharusnya kita sabar. Dan berusaha menemukan jalan terbaik. Ini bukan sepenuhnya salah kamu, An." (menatap Andriana dan menghapus air matanya)

Andriana : "Tapi Kak, klau bukan karna aku. Pasti sekarang kak Dimas dan kak Ajeng sudah hidup bahagia." (tersedu- sedu)

Dimas : "Andriana ..dengarkan kakak, jika kamu yakin Ajeng masih hidup dan pasti kita temukan. Maka, berhentilah menyalahkan diri kamu sendiri." (menatap Andriana dalam- dalam)

Andriana : "Baiklah kak ..akanku coba." (Sesenggukan)

Dimas : "Yakinkan pada diri kamu bahwa smua akan baik- baik saja. Dan kita pasti bisa menemukan Ajeng." (Dengan nada lembut) Sudah hapus air matanya, masa bu Guru cengeng." (tersenyum manis)

Andriana : (tersenyum)
Merekapun melanjutkan perjalanan menuju TK tempat Andriana mengajar. Dan berhenti di depan gerbang sekolah.

Andriana : "Trimakasih yaa kak, untuk smuanya. "

Dimas : "Kamu ini ngomong apa? Itu sudah tugas seorang kakak untuk menjaga dan menghibur adiknya." (tersenyum sambil mengelus rambut Andriana)

Andriana : "Ya sudah aku masuk dulu kak, kak Dimas hati- hati ya." (salim)

Dimas : "Oke .. "

Andriana kemudian masuk ke kelas dan disambut murid- muridnya yang begitu lucu dan penuh semngat. Pelajaran pun dimulai, murid- murid begitu aktif. Hingga bell pulang pun berbunyi. Semua murid berhamburan keluar, menghampiri orang tua masing- masing. Dan terdengar Hp Andriana berdering "kring ..kring .."

Andriana : "Assalammu'alaikum kak. "

Dimas : "Walaikumsalam , An maaf hari ini kakak gak bisa jemput kamu. Ada meeting mendadak di kantor. Biyar nanti, kamu di jemput supir Kakak saja ya?"

Andriana : "Gak usah kak, aku pulang sendiri aja. Kakak tidak usah khawatir."

Dimas : "Kamu yakin??

Andriana: "Iya kak, kakak tenang aja. Ya sudah pita cari taxi dulu ya kak. Assalammu'alaikum"

Dimas : "Walaikum salam."
(Andriana mematikan Hpnya)

Tiba- tiba ada seorang muridnya yg berlari ke Jalan, dan tepat ada mobil didepanya. Sontak Andriana berlari dan memeluk muridnya, tapi tubuhnya seakan membeku. Tanganya gemetaran dan berkeringat. (Terbayang kejadian 3 tahun lalu saat dia akan ditabrak mobil). Seluruh orang tua dan murid- murid yang masih berada disana menjerit memanggil Andriana. Namun Andriana tak mampu pergi menjauh, murid yang ada dipelukanya pun menangis. Tiba- tiba ada yang menyambarnya, sosok yang tak mampu dia lihat. Dan "Brraaaakkkk ...." Aaaaaa ..

Thursday 8 October 2015

Kawan Dunia Maya

Berawal dari nama dan rupa
Yang tak terlihat nyata
Lalu disambut dengan canda tawa
Mengisahkan cerita kita
Antara gundah gulana dan bahagia bersama

Memang raga kita tak pernah berjumpa
Memang kita terpisah gunung dan samudra
Memang kita tak sedarah
Memang kita tak sebudaya
Dan berbagai perbedaan lainya

















Namun ..kita tetap dalam satu jiwa
Satu rasa yang kita rasakan bersama
Rasa untuk saling mengisi
Untuk saling mengasihi
Dan memberi semangat tuk jalani hari

Mungkin gila jika kita terbawa suasana

Tapi biarkan saja hati ini yang bicara
Dan terserah kicauan mereka seperti apa
Karna bagiku kalian adalah saudara

Cerbung : Bukan Salah Jodoh Part 1

Suatu malam yang hening. Terlihat seorang gadis sedang tertidur dengan pulas, wajahnya begitu tenang. Namun seketika raut wajahnya berubah gelisah dan serta merta keringatnya bercucuran. Nampak dalam mimpinya, terlihat 2 orang gadis berjalan di daerah perbukitan teh dengan penuh kegembiraan, terdengar salah satunya berkata.

Gadis pertama : "Selamat ya kak, sebentar lagi kakak akan bertunangan dengan pangeran impian kakak, Dimas Kurniawan. Pangeran tampan berkuda putih yang akan mempersunting putri tercantik seantero jagad ini hehehe.."

Gadis kedua : "Terimkasih adikku sayang, memang kamu paling pintar membuat kakak melayang- layang" (tersenyum sambil mencubit pipi adiknya)

Gadis pertama : "Aduuuch ..sakit kak. (meringis kesakitan)

Gadis kedua : "Wajah kamu lucu sekali An, merah seperti tomat ..hehe"

Gadis pertama (Andriana) : "Lucu apanya kak, sakit iya. Sekarang gantian kakak ..heheh" (mencubit pipi kakaknya dan langsung berlari meninggalkan kakaknya)

Gadis kedua (Ajeng) : "Andriana ...jangan lari kamu." (tersenyum gemas dan berlari mengejar Andriana)

Andriana : "Ayoo kak, kejar aku kalau bisa ..heheh"

Namun tanpa mereka sadari ada sebuah mobil yg melaju kencang. Mobil itu akan menabrak Andriana, namun dengang cepat Ajeng mendorong adiknya dan akhirnya dia tertabrak mobil itu. Tubuh Ajeng mental hingga ke tepi jurang. Dan mobil itu langsung tancap gas meninggalkan mereka. Andriana tersungkur terbentur batu. Namun seketika Andriana terbangun dengan memegangi kepalanya dan berlari kearah jurang, tempat kakaknya tergantung.

Andriana : "Kak Ajeng .." (berlari smbil menangis) bertahanlah kak. (meraih tangan Ajeng)
Dengan sekuat tenaga Andriana berusaha menarik tubuh Ajeng, namun tak bisa. Berkali- kali Andriana mencoba tapi tetap tak bisa.

Andriana : "Bertahanlah kak .." (terus menangis)

Ajeng : "Sudahlah An, jangan kamu paksakan, kakak sdh tidak kuat lagi."

Andriana : "Tidak, kak Ajeng harus kuat."

Ajeng : "An.. jika kakak tiada, tolong gantikan kakak."

Andriana : "Apa maksud kak Ajeng, jangan bicara yang tidak- tidak kak. Bettahanlah ...!!"

Ajeng : "Maaf An, kakak tidak ingin kamu ikut terseret kesini." (mulai melepaskan tangan Andriana)

Andriana : "Jangan kak ..jangaan ..kak
Ajeng .." (berteriak dan menangis histeris).

Dan seketika gadis (Andriana) itu terbangun dengan nafas terengah- engah, kemudian dia menangis.

Ke esokan harinya , di depan rumah. Andriana mondar- mandir dengan memegangi Hpnya.

Andriana : "Kak Dimas kemana yaa, kenapa belum sampai juga. Tidak biasanya dia terlambat seperti ini. Dan kenapa Hpnya juga tidak aktif. Apa yang sebenarnya terjadi??" (gelisah)

Ibu : "Sabar An ,mungkin dia masih terjebak macet. Seperti tidak tau Jakarta saja."

Andriana : "Iya bu, tapi tidak biasanya Hp kak Dimas tidak aktif seperti ini."

Terdengar suara mobil datang. Dan keluar seorang pria (Dimas) tampan dengan setelan jas kerjanya.

Dimas : "Assalammu'alaikum .." (salim dengan Ibu Andriana)

Ibu & Andriana : "Walaikumsalam"

Kemudian Andriana salim dengan Dimas. Dengan wajah sedikit manyun tapi tetap manis dan terlihat cincin mereka yg sama.

Bersambung ..

Tuesday 6 October 2015

Sang Pejuang Devisa





Engkau yang berjuang di negri orang
Dengan penuh harapan akan kebahagiaan di masa depan
Tanpa kau fikirkan luka yang kau simpan
Luka ..luka saat kau harus menahan tangis kerinduan dengan mereka yang kau cinta
Luka saat kau hanya bisa merintih sendiri dikala tubuhmu merasakan lelah tak bertepi
Bahkan luka pun kau dapati saat sosok yang melahirkanmu pergi dari dunia ini
Tanpa sempat kau pandang wajahnya untuk terakhir kali

Dan lagi- lagi kau hanya bisa menangis sendiri
Engkau tutupi segala gundah gulanamu dari kekasih dan buah hati
Karna kau tak mau mereka meratapi luka yang kau hadapi

Namun ..kadang cibiran masih kau dapati
Dari mereka yang tak memahami akan perjuangan yang kau jalani
Karna segelintir sosok yang menyimpang, dan menodai perjuangan yang kau jalani

Engkau yang jauh disana
Tetaplah berjuang dengan hati
Dan cepat kembali saat kekurangan tak lagi menggelayuti hidupmu lagi
Jangan kau bertahan untuk tetap berjuang sendiri di negri orang
Karna orang- orang yang kau sayangi
Ingin menghabiskan banyak waktu indah denganmu lagi

Duhai Sang pejuang devisa
Terimaksih atas segala perjuanganmu untuk kami
Dan cepatlah kau kembali ..karna kami rindu kau disisi

Monday 5 October 2015

Kata Mereka




 Kata orang aku gila ..
Kata orang aku hanya pemimpi saja ..
Kata orang aku tak berguna ..
Kata orang aku tak bisa berbuat apa- apa ..
Kata orang aku manja ..
Kata orang aku tak cantik jelita ..
Kata orang aku hanya bisa bicara saja ..
Kata orang waktuku terbuang percuma ..
Kata orang ..kata orang dan kata orang ..
Hanya kata orang yang sering terngiang di telinga ..
Namun sebenarnya mereka tak mengerti apa yang kurasa ..

Aku memang gila saat melakukan hal yang kusuka ..
Dan kuhabiskan waktuku untuk itu smua ..
Aku memang pemimpi ..
Karna dari mimpiku, aku tetap bisa melanjutkan hidupku ..
Tapi aku berguna bagi mereka yang tak merasa dewa ..
Bagi dirinya yang bisa memaknai hidup dengan seksama ..
Aku juga bisa melakukan hal yang kusuka, dan memiliki makna tentunya ..
Aku memang manja saat kuhabiskan waktuku dengan orang yang kucinta ..
Dan aku cantik ..
Karna aku adalah ciptaan Sang Khaliq ..
Aku memang banyak bicara ..
Karna kujadikan itu sebagai pelipur hatiku saat lara melanda..

Dan aku adalah insan manusia yang punya rasa ..
Aku bisa saja terluka saat mendebgar kalian bersuara ..
Namun apa yang kalian duga tak selamanya sama ..
Apa yang kalian ucap, tak mesti nyata ..
Jadi lanjutkan saja jika kalian ingin terus bicara dan membuang waktu percuma ..
Karna aku hanya akan mengambil madu, dan bukan racun yang kalian bawa ..

Sunday 4 October 2015

Cerbung The Sun Rise Of Java Part 26 (ending)

Dada Ochie makin berdegup kencang, batinya gelisah, seakan ada hal buruk yg sedang terjadi. Tanganya mulai gemetaran memegangi kalung matahari pemberian Sam yg putus, dan fikiranya pun langsung melayang pada Sam. Ochie mencoba menghubungi Sam, namun Handphone Sam tidak aktif dan tentu saja hal itu membuat Ochie semakin panik. Di cobanya untuk menghubungi Sam berulang kali, namun hasilnya nihil. Hatinya semakin gundah, namun bu Ary mencoba menenangkanya. Bu Ary menjelaskan, mungkin saja Sam masih di dalam pesawat jadi Handphonenya dimatikan. Dan tak henti- hentinya bu Ary menggunakan berbagai penjelasan agar Ochie bisa lebih tenang. Usaha bu Ary pun membuahkan hasil, hati Ochie mulai tenang setelah mendengarkan nasehat bu Ary untuk terus beristigfar dan tidak lagi memikirkan kemungkinan yg buruk.

Singkat cerita,

Sam terdampar di sebuah pulau kecil, lalu ada warga yg melihatnya dan berbaik hati mau untuk menolong Sam. Sam di bawa ke rumah warga tersebut dan diobati, namun Sam masih tak kunjung sadar dari pingsanya. Hingga keesokan harinya Sam bangun dan kaget karna merasa asing dengan tempat dia terbaring saat itu. Lalu Pak Yunus (warga yg menolong Sam) menjelaskan saat beliau menemukan Sam dalam keadaan pingsan di pinggiran pantai lalu beliau membawanya pulang serta mengobatinya. Kemudian Sam mengingat kejadian yg ia alami kemarin, dan teringat handphone dan dompetnya. Ternyata handphone dan hpnya masih ada dan di simpan oleh Pak Yunus, lalu beliau menyuruh istrinya (bu Halimah) untuk mengambilkan dan menyerahkanya pada Sam. Namun sayang, handphonenya rusak parah dan tidak bisa di gunakan lagi karna sudah cukup lama terendam air. Uang di dompetnya pun hanya beberapa lembar puluhan. Sam teramat sedih memikirkan gadisnya, yg sudah pasti menunggu kepulanganya. Dia semakin gundah karna dia berada di tempat terpencil, dan tak ada sarana telekomunikasi dan transportasi yg memadai. Dan kemungkinan terbesar dia akan tinggal lama disana.

Hari berlalu dan berganti minggu, Ochie semakin gelisah memikirkan Sam yg tidak bisa di hubungi dan tak kunjung datang. Begitu pula yg dirasakan ke dua orang tua Sam dan juga kedua orang tua Ochie. Hingga setahun berlalu, tak ada kabar sedikitpun dari Sam. Dan kedua orang tua Sam dan Ochie sudah pasrah karna Pak Jayadi satu- satunya harapan mereka pun tak bisa di hubungi, namun hal itu tidak berlaku untuk Ochie. Dia masih terus berdo'a dan mencari keberadaan Sam, namun 6 bulan kembali berlalu tetap saja hasilnya nol. Hingga Ochie sekarang hanya bisa memasrahkan segalanya pada Allah SWT. Sudah beberapa kali ia dilamar orang, namun slalu dia tolak dengan alasan belum siap. Padahal nyatanya ia masih mengharapkan Sam, dia masih percaya bahwa Sam adalah jodohnya. Namun kedua orang tua Ochie mulai gundah, mereka khawatir jika Ochie akan menjadi perawan tua jika terus menunggu Sam yg sampai saat ini tak tau dimana. Batin kedua orang tua Ochie gelisah, tersirat dibenak mereka untuk memaksa Ochie menikah dengan lelaki lain. Namun mereka juga takut melukai perasaan putrinya, dan lagi dalam lubuk hati mereka yg paling dalam mereka juga sama seperti Ochie yg masih penuh harap agar calon menantunya itu bisa kembali pulang. Hingga kedua orang tua Ochie merundingkan hal tersebut dengan kedua orang calon besanya. Dan perdebatan yg menegangkan namun penuh keharuan pun tak terelakan. Hasilnya mereka sepakat untuk meminta Ochie membuka hatinya untuk lelaki lain, yg bisa menjadi imam yg baik untuk Ochie. Dan dengan berat hati merekapun menyampaikan hasil perundingan mereka pada Ochie. Sedang Ochie yg mendengar hal itu teramat terguncang, itu sama halnya menyuruh Ochie melupakan Sam. Ia tidak mau namun hatinya pilu melihat sorotan harap dari kedua pasang orang tuanya. Hingga akhirnya Ochie benar- benar pasrah, ia bersedia menerima siapa pun jodoh yg dipilihkan orang tuanya jika itu memang yg terbaik untuknya.Ia juga berjanji pada dirinya sendiri, bahwa ia akan menerima siapa pun jodoh yg di kirimkan Allah untuknya. Ia benar- benar memasrahkan segalanya pada Allah SWT, karna segala yg telah di tetapka-Nya tidak akan pernah salah. 

Sedang di sisi lain, Sam masih hidup bersama Pak Yunus dan juga istrinya. Sepasang suami istri itu nampak begitu bahagia dengan kehadiran Sam diantara mereka, dan menganggap Sam layaknya putra kandung mereka sendiri. Begitu pula yg Sam rasakan, dia seperti mempunyai keluarga baru. Setiap harinya Sam membantu Pak Yunus untuk mencari ikan, karna memang profesi Pak Yunus adalah seorang nelayan. Sam begitu aktif dan bersemangat hingga belajar beberapa minggu saja dia sudah lihai mengendalikan perahu mereka, dan benar saja sejak kedatangan Sam, penghasilan Pak Yunus mengalami peningkatan yg cukup lumayan karna hasil tangkapan ikanya yg berlipat.

Sam tidak pernah mengharap imbalan dari pekerjaan yg dia lalukan untuk Pak Yunus, karna itu dia anggap sebagai bentuk balas budi karna beliau sudah mau berbaik hati untuk memberikanya tempat berlindung selama ini. Namun tak dapat di pungkiri, dia juga tetap membutuhkan uang untuk pulang. Setiap malam ia merenung memikirkan cara agar dia bisa pulang menemui keluarganya dan yg pasti untuk menemui pujaan hatinya. Dan kejadian itupun tak luput dari pandangan Pak Yunus dan juga istrinya, hingga tanpa sepengetahuan Sam mereka menyisihkan sebagian penghasilan mereka setiap harinya untuk membeli tiket kapal laut. Hingga akhirnya keinginan mereka terwujud, mereka berhasil membeli satu buah tiket kapal laut untuk Sam pulang ke Banyuwangi. Kapal laut itu biasa datang setiap 3 bulan sekali untuk mengirimkan pasokan makanan ke daerah itu, namun juga mau menerima penumpang dengan jumlah terbatas. Hingga suatu malam Pak Yunus menghampiri Sam yg sedang duduk termenung di teras rumah itu seperti biasa. Pak Yunus memberikan tiket itu, dan tentu saja hal itu membuat Sam kaget. Bermacam- macam rasa bergejolak di dadanya, antara perasaan bersalah, bahagia, dan haru bercampur menjadi satu. Dia tak tau harus bahagia atau sedih karna membiarkan Pak Yunus dan istrinya berkorban teramat banyak untuknya.

Pak Yunus : "Sudahlah nak, kamu terima saja. Karna memang ini adalah hak kamu, dan kamu layak untuk mendapatkan ini." Kata Pak Yunus sambil menepuk bahu Sam.

Sam : "Tapi bapak dan juga ibu sudah terlalu banyak berkorban untuk saya. Bapak dan ibu sudah menyelamatkan hidup saya, merawat dan juga menyayangi saya. Dan sekarang saya tidak bisa membiarkan bapak dan ibu berkorban lebih jauh untuk saya, karna bagaimana kelak saya bisa membalas ketulusan hati bapak dan ibu." Menatap haru ke arah Pak Yunus dan juga istrinya.

Pak Yunus : "Itulah kewajiban orang tua, yakni berkorban untuk anaknya. Tak ada orang tua manapun yg ingin melihat putranya merana, dan jika kamu berkenan untuk menganggap kami sebagai kedua orang tuamu, tolong trimalah sedikit hadiah dari kami." Sambil menyodorkan kembali selembar tiket kapal laut yg beliau bawa.

Sam : (langsung memeluk Pak yunus)
"Trimakasih Pak, trimkash karna bapak sudah mau menjadi orang tua yg sangat hebat untuk putramu ini. Maaf jika putramu ini belum bisa membahagiakanmu, sekali lagi trimaksh Pak." Keduanya pun masih dalam pelukan keharuan dengan mata yg sama- sma berkaca- kaca.

Bu Halimah yg menyaksikan kejadian yg sangat mengharukan itu tak mampu lagi menahan air matanya. 

Sam : (melepaskan pelukanya pada Pak Yunus lalu menghampiri bu Halimah) "Ibu ..bolehkah putramu ini memelukmu?"

Bu Halimah : (mengangguk dan semakin tak mampu menahan tangisnya)

NB : Pak Yunus dan Bu Halimah adalah pasangan yg belum juga di berikan momongan hingga usia mereka yg sudah senja. Namun mereka selalu sabar dan tetap berdo'a kepada Allah SWT agar di berikan kesempatan untuk memiliki seorang anak, dan kedatangan Sam dalam kehidupan mereka seakan menjadi jawaban atas segala do'a mereka.

Bu Halimah menangis sejadi- jadinya dalam pelukan putra angkatnya itu.

Bu Halimah : "Trimaksh Ya Allah, karna Engkau sudah berkenan mengabulkan smua do'a hamba, dan kini hamba bisa merasakan hangatnya pelukan seorang putra. Dan trimaksih nak, karna kamu mau memeluk dan mengangap wanita renta ini sebagai ibumu." 

Sam : "Ibu ..seharusnya aku yg harus berterimaksh padamu, karna ibu telah merawatku, menjagaku, dan begitu tulus menyayangiku. Maafkan putramu ini karna belum bisa membahagiakanmu, bu."

Sam lalu merentangkan tangan kananya dan merangkul Pak yunus, hingga ke dua orang tua angkatnya sekarang ada dalam pelukanya. Dan mereka pun larut dalam keharuan.

Singkat cerita,

Sam sudah pulang ke Banyuwangi, dan kini ia berada di depan rumahnya. Namun rumahnya nampak kosong, lalu ia berinisiatif untuk pergi ke rumah Ochie. Ia nampak bahagia dan begitu bersemangat karna akan segera bertemu gadis pujaan hatinya. Namun, bagaikan tersambar petir di siang bolong. Sesampainya di depan rumah Ochie, ia melihat rumah Ochie yg ramai dan terlihat janur kuning yg melengkung indah menghiasi pagar rumah itu. 

Ia menguatkan hatinya untuk masuk ke dalam rumah itu, namun baru melangkahkan kakinya di depan pagar rumah itu, dia sudah dihadang oleh 2 orang pengawal. Sam menjelaskan tentang siapa dirinya, dan ia ingin masuk menemui Ochie. Lalu pengawal itu meminta Sam menunjukkan undanganya, namun tentu saja Sam tidak punya. Dan ia memaksa untuk masuk, hingga membuat dua pengawal itu geram. Jelas saja, karna Sam tidak membawa undangan tp memaksa untuk masuk padahal penampilanya sedikit lusuh dengan rambut gondrong dan jambang di wajahnya. Warna kulitnya yg menghitam dan badanya yg berotot membuat dia mirip seperti berandal yg ingin merusak acara akad nikah yg sedang berlangsung secara hikmat.

Dua pengawal itu menyeret keluar Sam, namun Sam memberontak dan tetap bersikeras untuk masuk sehingga cukup membuat dua pengawal itu kualahan. Namun perjalanan jauh yg baru saja dia alami, membuat tenaga Sam tak cukup kuat melawan kedua pengawal itu. Dan samar- samar terdengar suara "Saya terima nikah dan kawinnya Ros ..." , namun suara itu smakin tak jelas karna kedua pengawal itu berhasil menyeret keluar Sam dari tempat itu.

Jantung Sam berdetak semakin cepat, matanya memerah seperti menahan amarah namun hati dan juga tubuhnya lemah. Ia seakan tak percaya dengan apa yg barusan dia dengar, dia tak percaya calon istrinya kini bersanding di pelaminan bersama pria lain. Lalu ia perlahan pergi meninggalkan tempat itu dan pergi menuju danau (jawatan), tempat dimana terdapat sejuta kenanganya bersama gadis pujaan hatinya. Ia menumpahkan smua kemarahanya disana.

Sam : "Kenapa ..kenapa ..kenapa kau begitu tega mengkhianatiku ..?! Padahal aku sudah berjuang keras demi kembali untuk meminangmu. Tapi kenapa kau begitu mudahnya melupakanku, tidak ingat kau akan janjimu. Janjimu untuk menjaga cintaku yg ku berikan untukmu, kau bilang tak akan membiarkan orang lain mengisi hatimu. Tapi kenapa sekarang kau mau menjadi istri pria lain Roshie Oktavia ..!!!!" Kenapa ...??!! Aaaaggghhhhh ..

Sam lemas dan terduduk di tanah, dengan tetesan air mata yg mengalir begitu saja. Dia seakan tak percaya dengan tragisnya kisah cinta yg slama ini dia jaga, cinta yg dulunya begitu manis tapi ternyata berujung tangis.

Singkat cerita,

Sam sekarang sudah terduduk lemas di teras rumahnya, lalu datang sebuah mobil dengan tiga orang penumpang di dalamnya. Yakni Pak Adji, bu Merry dan juga Vicky. Mereka nampak kaget melihat ada sosok lelaki gongrong di teras rumahnya itu. Vicky yg sekarang sudah menjadi pria yg gagah pun dengan jantanya menghampiri lelaki itu, lelaki itu berdiri dan sejajar dengan Vicky. Dan tanpa basa- basi lelaki yg tak lain adalah Sam itu menjitak dan memanggil vicky dengan sebutan bocah. Vicky syock luar biasa, terlebih lagi kedua orang tuanya. Mereka begitu bahagia melihat putranya bisa kembali pulang, namun melihat penampilan anaknya yg terlihat sedikit lusuh membuat bu Merry terlihat begitu sedih namun smua itu dia kesamping, karna yg terpenting beliau bisa melihat kembali putranya. Mereka masuk ke dalam rumah dan saling melepas rindu. Namun nampak raut kepedihan yg dalam dari wajah Sam, dan bu Merry menyadarinya. Bu Merry menanyakan perihal kepedihan yg dialami anaknya, lalu Sam menceritakan kepedihanya karna cintanya pergi. Gadis yg ingin dia pinang kini telah menjadi kekasih orang, namun dia sudah berusaha mengikhlaskan keputusan Ochie karna Sam juga salah karna menghilang begitu saja tanpa mengirimkan kabar dengan waktu yg cukup lama. Dan ia pun menceritakan alasan mengapa ia menghilang dan juga tentang kehidupan yg ia alami selama setahun setengah ini. Semua orang yg mendengar cerita tentang kehidupan Sam selama ini merasa sedih, namun seketika kepedihan itu berganti tawa saat bu Merry melihat Sam yg begitu frustasi karna mengira Ochie sudah menikah dengan Pria lain. Bu Merry pun menceritakan apa yg sebenarnya terjadi. Bahwa yg tadi menikah itu bukan Roshie Oktavia, melainkan Rosiana Pratiwi.

Flasback On,

Terdengar suara seorang pria yg sedang mengucapkan akad nikah, "Saya trima nikah dan kawinya Rosiana Pratiwi bin Junaidi dengan maskawin tersebut tunai." Ucap pria yg ternyata Ammar itu dengan tegas dan lantang. 

NB: Rosiana Pratiwi adalah nama lengkap Nana.

Flasback off,

Setelah mendengar penjelasan ibunya Sam begitu bahagia, wajahnya yg tadinya kusut kini sudah berubah menjadi senyum ceria. Bagaikan daun kering yg kembali segar karna terkena hujan. 

Singkat cerita,

Hari cepat berlalu dan tak terasa kini Sam sudah pulang selama seminggu dan perlahan penampilan Sam kembali seperti dulu, namun selama kepulanganya dia belum menemui Ochie sama sekali. Meskipun rindunya sudah menggebu- gebu, namun dia tahan karna ia ingin memberikan kejutan pada Ochie. Iya sudah merencanakan untuk melamar Ochie kembali, dengan seizin kedua orang tua Ochie dan juga kedua orang tuanya.

Dan malam lamaran itu pun tiba, Ochie terlihat begitu enggan keluar menemui calon tunanganya. Karna dalam benak Ochie bukan Sam yg akan melamar Ochie saat ini. 

Ochie : "Ya Allah ..benarkah kak Sam bukan jodohku?? Benarkah lelaki yg saat ini ingin meminangku adalah jodohku?? Ya Allah ..tolong kuatkan hati hamba untuk menerima smua cobaan ini dengan ikhlas." Dengan mata yg berkaca- kaca, "Maafkan aku kak ..maafkan aku .. ,"sambil memegangi kalung matahari pemberian Sam yg sudah di perbaiki dan ia kenakan lagi. Air matanya mengalir begitu saja tak bisa ia kendalikan lagi.

Beberapa saat setelah itu Ochie menguatkan hatinya untuk keluar menemui calon tunangannya bersama bu Sari. Langkahnya masih sedikit berat, namun ada yg aneh saat ia sampai di ruang tamu. Ia melihat sesosok lelaki tampan dengan tubuh tegapnya sedang tersenyum manis padanya, senyum itu jelas tidaklah asing baginya. Karna itu adalah senyuman khas milik Sam kekasihnya.

Ochie : "Kakak ..??Benarkah?? Atau sedang bermimpikah aku??"
Dengan air mata yg tiba- tiba mengalir begitu saja. 

Sam : (menghampiri Ochie)
"Iya sayang, ini aku kekasihmu." Seraya mengusap air mata yg membasahi pipi Ochie. "Trimksh karna kamu masih menjaga matahari yg kutitipkan untukmu, dan tak kamu biarkan cahayanya redup. " Dengan senyum penuh harunya.

Ochie : "Tapi maafkan aku kak, karna tadinya aku sudah pasrah menerima siapa pun jodohku. Bahkan tadi aku berfikir bukanlah kakak yg akan datang meminangku hari ini, maaf kan aku karna hampir membiarkan cahaya lain masuk ke dalam hidupku." Tertunduk dengan air mata yg semakin mengalir deras.

Sam : "Itu bukanlah sebuah kesalahan sayang, karna aku juga salah karna membiarkanmu menungguku lama tanpa ada kabar yg pasti dariku. Dan tidaklah salah semua tindakanmu, karna memasrahkan segalanya pada Allah adalah hal yg harus kita lakukan di saat kita belum menemukan titik terang. Terlebih jika pasrah yg kita lakukan tidak lah dengan berputus asa, melainkan ikhlas menjalani kehidupan dan tetap berusaha serta diiringi do'a yg selalu kita panjatkan. Inilah buah dari kesabaran kita, akhirnya kita dipertemukan kembali. Km pasrah menerima jodohmu dengan ikhlas, dan do'amu terjawab. Allah memberikan jalan agar kita bertemu kembali, karna tulang rusuk tak akan lepas dari pemiliknya." Tersenyum dengan manisnya, seraya menggenggam erat tangan Ochie.

Singkat cerita ,

Tiga bulan setelah lamaran itu Sam dan juga Ochie menikah, mereka tinggal bersama di rumah Pak Adji. Dan setelah sebulan pernikahan Ochie mengandung anak pertama mereka, nampak jelas aura kebahagian yg tersirat dari wajah pasangan muda itu. Hingga setelah menunggu beberapa bulan Ochie pun melahirkan di klinik bu Ary, dengan Sam yg mendampinginya dan selalu membisikkan istigfar dan do'a untuk menguatkan istrinya. Dan setelah berjuang mempertaruhkan jiwa dan raga, lahirlah bidadari kecil Sam dan Ochie. Parasnya begitu elok dan memancarkan sinar kesucian. Sam langsung mengumandangkan adzan di telinga putrinya itu, agar nama Allah SWT lah yg pertama ia dengar di dunia. Sam dan juga Ochie nampak begitu bahagia, karna terasa lengkap sudah keluarga kecil mereka dengan hadirnya bidadari kecil yg mereka beri nama "Mentari Putriana Sachie".

Singkat cerita,

Hari semakin cepat berlalu hingga kini Mentari Putriana Sachie atau biasa dipanggil Tary kini sudah genap berumur 5 thn. Tary tumbuh menjadi gadis kecil nan lucu, dia begitu aktif dan menjadi salah satu murid tercerdas di kelasnya sejak ia mulai masuk TK. Bahkan dia sekarang sedang mengikuti lomba mewarnai batik khas banyuwangi yakni batik Gajah Oleng dan kangkung setingkes di taman Blambangan mewakili TK'nya, dia ditemani oleh ayah dan juga bundanya. Ia begitu asyiik dan bersemangat mewarnai batiknya. Hingga pengumuman pemenang pun di umumkan, dan ternyata Tary menjadi juara 2 lomba mewarnai batik se'kabupaten Banyuwangi itu. Tary mendapatkan piagam dan juga piala, Sam begitu bangga atas prestai putrinya. Dan sebagai hadiah atas prestasi Tary, Sam dan Ochie mengajak putrinya itu jalan- jlan ke pantai Boom.

Sam : "Waaahh ..anak ayah hebat yaah bisa juara 2 .., "sambil mencubit gemas pipi putrinya.

Tary : (meringis) "Iyaa dong yah, setiap hari kan bunda slalu ngajarin Tary." Dengan senyum cerianya. "Hmmtt ..tapi Tary cuma juara 2, jadi batal dong hadiah dari bunda,"memasang wajah kecewa dengan lugunya.

Ochie : "Kata siapa?? Tary tetap dapat hadiah dari bunda kok syang." Sambil mengelus rambut putrinya. "Lagi pula bunda kan bilang kalau Tary juara bunda kasih hadiah, tp bunda kan tidak meminta Tary harus juara satu. Berapapun hasil yg km dapat, km harus bersyukur syang, karna itu hasil kerja keras kamu sendiri. Kamu harus bangga terhadap diri kamu sendiri, karna meskipun juara jika kamu curang dan menggunakan hak orang itu bukanlah suatu prestasi. Dan itu akan mengecewakan ayah dan bunda, iyakan yah??" Melirik kearah Sam.

Sam : (mengangkat jempolnya dan tersenyum bangga) "Nah sebagai hadiahnya, kita jalan- jalan ke pantai Boom sekarang."

Tary : "Yang bener yah??" Sekarang?", tersenyum kegirangan. "Ye ..yeye ..ye ..kita ke pantai .. ,"sambil melompat- lompat kegirangan.

Sam mengangguk dan tertawa kecil melihat tingkah polos putrinya, dan senyum bahagia pun terukir di bibir Ochie. 

Di pantai,

Tary berlari kegirangan di hamparan pasir hitam, lalu dia menarik ayah dan bundanya hingga keluarga itu bermain bersama. Dan tak terasa sudah hampir satu jam mereka di sana, sampai hari mulai senja. Mereka duduk di sebuah kursi pantai dengan payung di atasnya, mereka menikmati indahnya pantai dan terlihat juga pulau Bali di sebrang sana, disertai sang surya yg mulai tenggelam hingga menambah eloknya suasana.

Tary : "Yah ..yah ..itu apa?? Kenapa banyak kapal yg menuju kesana yah??" Menunjuk ke arah pulau Bali.

Sam : "Itu pulau Bali nak, pulai Dewata yg terkenal indah dengan wisata alam dan juga budayanya. Banyak sekali orang yg ingin pergi kesana, makanya banyak kapal yg menuju kesana." Jelas Sam pada putrinya.

Tary : "Kalau begitu liburan kita kesana yaa yah??"Heheheh

Ochie : "Liburan tahun ini kita berpetualang dulu di Banyuwangi nak, km harus tau dulu keindahan daerahmu. Baru kamu jelajahi daerah lain."Tersenyum manis ke arah putrinya.

Tary : "Ooohh iya bunda, kita kan mau ke Teluk Hijau, Teluk Biru, pantai Batu, dan Pulau Merah, dan ..

Sam : "Dan masih bnyak lagi nak ..heheheh

Keluarga kecil itu pun tertawa bersama penuh keceriaan, di saksikan matahari yg mulai tenggelam.

Sam dan Ochie : "Mentari adalah anugrah terindah yg di titipkan Allah SWT, ia bagaikan matahari kecil, yang slalu membawa cahaya kehidupan untuk kami. Dia adalah jiwa kami, jiwa kami yg terlahir disini di Banyuwangi, the Sun Rise of Java.

TAMAT

Saturday 3 October 2015

Cerbung The Sun Rise Of Java Part 25

Sam dan Ochie masih larut dalam keharuan, mata dua insan itu masih terus berpandangan dengan penuh kemesraan layaknya insan yang sedang di mabuk cinta. Hari berlalu cepat hingga tak terasa satu bulan berlalu, kini Ochie sudah menjadi mahasiswi di sebuah Akademi Kebidanan. Sedang Vicky memilih untuk kuliah di Surabaya, Cici menyusul Chika ke Jogja, dan Nana memilih untuk tetap kuliah di Banyuwangi pula seperti Ochie dengan mengambil jurusan PGSD. Dan mereka pun melanjutkan pendidikan masing- masing dengan antusiasme yg cukup tinggi.

Singkat cerita,

Tiga tahun berlalu dengan begitu cepat, kini Ochie sudah lulus dengan menyandang gelar D3 kebidanan. Lalu dia melanjutkan kuliahnya lagi untuk mendapatkan gelar sarjana. Dan kini dia juga bekerja sebagai asisten bidan, di sebuah klinik ternama milik Bu Aryanti. Beliau adalah seorang bidan handal, yang terkenal dengan kesabaran dan keramahanya dalam menangani setiap pasienya.

Sedangkan disisi lain Sam semakin disibukkan dengan pemotretan dimana- mana, karna studio fotonya sudah memiliki 2 cabang dan hasilnya cukup menjanjikan. Karna itulah ia berencana untuk segera melamar Ochie, gadis pujaan hatinya. Dia sudah menyiapkan cincin permata sebagai bukti cintanya, dan dia pula sudah mendapat restu orang tuanya. Dan seminggu kemudian Sam datang ke rumah Ochie untuk menyampaikan niat baiknya. Sam dan keluarga di sambut dengan baik oleh kedua orang tua Ochie tanpa mengetahui maksud kedatangan mereka berkunjung kerumah ke rumah itu.

Setelah berbincang- bincang cukup lama, Pak Adji (ayah Sam) menyampaikan maksud kedatangan beliau untuk melamar Ochie sebagai pendamping hidup putranya. Beliau begitu yakin bahwa Pak Hardi (ayah Ochie) akan menerima lamaranya. Namun, takdir berkata lain. Pa Hardi belum bisa menerima lamaran itu, beliau masih menginginkan agar Ochie melanjutkan S1'nya dan meminta Sam sekeluarga agar sabar menunggu 2 tahun lagi. Karna Pak Hardi takut jika pertungan mereka akan mengganggu konsentrasi Ochie.

Sam nampak begitu kecewa, dan terlintas dibenaknya bahwa itu adalah sebuah penolakan secara halus. Namun kedua orang tuanya berusaha berbesarkan hatinya untuk menerima keputusan keluarga Ochie, dan sabar menunggu hingga Ochie merampungkan S1'nya nanti. Dan kedua orang tua Ochie juga tak henti meminta maaf dan meminta pengertian Sam sekeluarga.
Merekapun pulang dengan menyimpan kekecewaan dalam dada, namun mereka tetap berusaha untuk tersenyum.

Sedang di kamar Ochie menangis menyesali keputusan kedua orang tuanya, batinya meronta. Dia sangat takut Sam akan meninggalkanya karna penolakan yg baru di terimanya. Namun dia juga menyadari posisinya sebagai anak, dia harus mengikuti semua keputusan kedua orang tuanya meskipun dengan berat hati.

Tiga hari kemudian Sam mengajaknya bertemu di danau (Jawatan), tempat favorit mereka. Ochie sangat bahagia, dalam hatinya meyakini bahwa Sam sudah mau menerima keputusan kedua orang tuanya dan mau sabar menunggu. Ochie pun berdandan secantik mungkin dan segera berlalu menuju danau (Jawatan), dan sesampainya di sana dia disambut dengan senyuman manis dari kekasihnya. Namun sorot mata Sam menampakkan sesuatu yg berbeda, dan ternyata benar Sam mengajak Ochie bertemu disana hanya untuk berpamitan.

Sam : "Maaf sayang, aku harus pergi. Karna itulah jalan yg terbaik untuk kita, memang berat tapi dengan begini kita akan terhindar dari fitnah. Bagaimana tanggapan orang jika nanti kita trus bersama tanpa adanya sbuah ikatan yg resmi?? Pasti mereka akan berfikiran yg macam- macam."(Mencoba menjelaskan pada Ochie)

Ochie : "Tapi kak, apa tidak ada cara lain?? Lagi pula kita juga sudah lama bersama tanpa adanya ikatan, toh orang- orang juga sudah tahu mengenai hubungan kita."(Dengan mata yg mulai berkaca- kaca)

Sam : "Itu dulu sayang, saat kamu masih belia. Dan mereka mengira kita hanya mersakan cinta monyet saja, lain halnya saat ini. Saat kita sudah sama- sama dewasa. Orang pasti sudah mulai bertanya- tanya mengenai hubungan kita.

Ochie : "Lalu kenapa?? Apa tidak bisa kita abaikan saja?? Mengapa kita harus berpisah?? Apa kakak fikir dg kepergian kakak tidak akan menimbulkan fitnah?? Orang juga pasti bertnya- tanya mengenai hubungan kita, dan bisa saja terhembus kabar jika kita memang sudah putus. Apa itu yg kakak inginkan?? Atau mungkin kakak memang sengaja .. ," belum sempat dia menyelesaikan ucapanya Sam sudah terlebih dulu memeluknya.

Cukup lama mereka berpelukan tanpa sepatah katapun yg terucap dari bibir mereka. Namun justru air mata yg tak lagi mampu terbendung dari mata Ochie, dan mata Sam pun memerah menahan air matanya. Hingga Sam kembali meyakinkan Ochie, namun tetap memeluknya.

Sam : "Yakinlah padaku, aku sangat mencintaimu. Dan hatiku juga sangat hancur jika harus berpisah lagi denganmu, namun inilah jalan yg terbaik. Inilah caraku untuk menjaga kehormatanmu, jadi percayalah padaku. Aku hanya pergi untuk mengisi penantianku, menunggu hari dimana aku bisa meminangmu, dan menjadikanmu pendamping hidupku. Jadi segera selesaikan pendidikanmu, sayang." (Dengan mata yg semakin memerah dan mengecup rambut Ochie)

Ochie : (tak mampu menjawab, dengan air mata yg terus berlinang dan semakin menguatkan pelukanya pada Sam, seakan menunjukan semua isi hatinya bahwa ia tak mau kehilangan Sam tp dia juga tidak bisa mencegah lagi kepergianya)

Singkat cerita,

Setelah perpisahan yg memilukan itu, Sam pun berangkat ke Kalimantan. Dia menerima tawaran Pak Jayadi (teman ayahnya) untuk menjadi manager di perusahaan pengolahan kelapa sawit miliknya. Dan Sam mempercayakan studio fotonya pada Rizal (karyawan dan juga sepupu Sam) selama dia pergi dengan pengawasan ayahnya (pak Adji).

NB : Kedua keluarga Ochie dan juga Sam sepakat untuk menikahkan keduanya setelah Ochie menyelesaikan kuliahnya, dan menunggu Sam pulang.

Waktu berlalu begitu cepat, hingga tak terasa 2 tahun sudah berlalu dan sekarang Ochie sudah mendapat gelar sarjana, dan dia sudah tak sabar menunggu ke pulangan kekasihnya yg masih harus menyelesaikan kontrak kerjanya 1 bulan lagi. Dan hal itu pun juga dirasakan Sam yg kini sudah menjadi lelaki yg sudah sangatlah mapan, dia ingin segera pulang dan meminang kekasihnya itu. Dia bahkan sudah mengatakan pada Pak Jayadi bahwa dia tidak akan memperpanjang kontraknya lagi, Pak Jayadi menerima keputusan Sam. Namun ternyata itu hanya diluarnya saja, batinya berkata lain. Dia tidak mau melepaskan Sam begitu saja, karna sejak kehadiran Sam disana perusahaanya berkembang secara pesat dan memiliki keuntungan yg berlipat.

Pak Jayadi memiliki niat jahat, saat Sam berpamitan untuk pulang dia memakai cara liciknya dengan berpura- pura sakit dan meminta Sam untuk menjaga dan menikahi Baiq anak semata wayangnya. Dan memang Baiq sudah lama memiliki perasaan khusus pada Sam, namun dia malu mengungkapkanya karna dia adalah gadis yg lugu. Tak hanya itu dia juga gadis yg cantik nan bersahaja sikapnya, yg lain dengan pribadi Bapaknya.

Sam menolak permintaan pak Jayadi secara halus, dan mengatakan dia sudah mempunyai calon istri namun pak Jayadi trus memaksa dan beliau juga sudah menyiapkan segala persiapan akad nikah mereka tanpa sepengetahuan Baiq dan juga Sam. Baiq menerima keputusan ayahnya, walau dia juga kecewa mendengar pernyataan Sam. Dan akhirnya Sam mengiyakanya, tp dia hanya berpura- pura.

Karna ternyata Sam sudah mengetahui rencana keji pak Jayadi, dan sebelum dia pamit dia sudah menata rapi smuanya. Smua uang direkeningnya di transfer ke rekening bu Merry dengan alasan untuk persiapan pernikahanya nanti, dan tiketnya pun sudah di masukan ke dalam dompetnya. Dia menceritakan smuanya pada Baiq, karna dia tau klau Baiq adalah gadis yg baik hatinya. Jadi dia tidak mau meninggalkanya begitu saja, dan membiarkan gadis itu kecewa. Memanglah benar jika baiq gadis yg baik hatinya, dia tidak marah mendengar pengakuan Sam mengenai Bapaknya karna dia sudah tau benar seperti apa tabiat bapaknya. Malah dia membantu Sam untuk melarikan diri, Sam masuk ke dalam truk pengangkut kelapa sawit, sedang Baiq mengecoh pengawal yg ada dirumahnya. Sam pun berhasil dan kini dia sedang berada di sebuah kapal laut, hanya dengan menggunakan pakaian yg melekat di tubuhnya serta Hp dan juga dompetnya.

Sedang di sisi lain Ochie sedang asyik curhat dengan Bu Aryanti, meceritakan Sam yg akan segera pulang.

Bu Ary : "Hmmmtt ..sepertinya ada yg sedang berbunga- bunga,"melirik ke arah Ochie dengan senyum menggoda.

Ochie : "hehehhe ..iyaa nie bu, kak Sam sebentar lagi pulang." Dengan senyum manisnya.

Bu Ary : "Pantas saja dari tadi pagi km senyum- senyum saja, ternyata abangnya mau pulang toh .. ,"dengan melirik Ochie.

Ochie : "iyaa .. ,"dengan senyum manisnya.

Bu Ary : "Wah ..musti nyiapin kado buat kondangan nieehh ..hmmmtt ..buat calon pengantin baru dikasih rangtang cocok kalie yaaa?? Hehehhe ..

Ochie : "Boleh ..tapi jangan tutupnya saja loh bu ..heheheh"

Mereka pun tertawa bersama seperti kakak dan adik, bukan lagi seperti senior dan junior. Dan disisi lain Sam sedang asyik memandangi foto gadis dalam handphonenya.

Sam : "Tunggu sayang, aku akan segera pulang dan melamarmu. Tunggu aku matahariku, "tersenyum dengan terus memandangi wajah gadisnya.

Tiba- tiba terdengar suara jeritan, muncul asap dan seisi kapal berbamburan kesanan kemari. Smua orang kebingungan menyelamatkan dirinya masing- masing, sedang Sam berhasil mendapatkan pelampung. Namun saat ia ingin memakainya, dia melihat seorang kakek- kakek yg gemetaran dan ketakutan. Sam tak tega menyaksiakn hal itu, lalu di pakaikanya pelampung tadi pada kakek itu. Dan terdengar suara ledakan, Sam dan kakek itu mental dan jatuh ke dalam laut. Hal yg sama juga terjadi pada awak kapal lainya, namun naas, Sam jatuh ke dasar laut dan menghantam trumbu karang.

Dan disaat yg sama tiba- tiba Ochie merasakan firasat yg tidak enak, kalung matahari pemberian Sam terputus.

Bu Ary : "Lohh ..kalung km .. kenapa tiba- tiba putus Chie??"seraya menunjuk kalung Ochie yg putus.

Ochie : "Ya Allah ..apa yang terjadi?? Firasat apa ini?" Wajah Ochie memucat dan jantungnya berdegup hebat.

Bersambung ..