Andriana masih terisak- isak dalam tangis, air matanya seakan tak mau berhenti mengalir. Kejadian itu terus saja terngiang- ngiang di benak Andriana.
Andriana : "Apa yang harus kulakukan kak? Kemana lagi aku harus mencarimu?" (terus menangis).
Tiba- tiba Andriana terdiam dan segera beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi. Ternyata dia mengambil air wudhu, untuk mengerjakan sholat malam. Dengan khusuk dia memanjatkan do'a dalam setiap sujudnya.
Andriana : "Ya Allah , ampunkanlah segala dosa- dosa hamba. Ampuni hamba Ya Rabb, ampuni hamba karna belum mampu bersabar menghadapi cobaan dari- Mu. Hamba mohon selamatkan hamba, beri hamba kekuatan untuk menemukan kak Ajeng. Hamba yakin Engkau pasti menjaganya, akan tetapi jika memang masih Engkau berikan hamba kesempatan untuk bertemu lagi denganya, hamba mohon kuatkan hati dan langkah hamba. Amin."
Terlihat ketenangan dari raut wajah Andriana, dan setelah hatinya merasa tenang dia pun beranjak tidur kembali. Malam berlalu, dan sang mentari terbit menyinari bumi.
Di rumah Bu Fatma sedang menyiapkan sarapan.
Bu Fatma : "Sukma ..sarapanya sudah siap nak, ayoo sarapan dulu."
Sukma : "Iya bu .. (sambil memeluk ibunya dari belakang)
Bu Fatma : "Hmmmtt ..wangi sekali, aroma apa ini??" (tersenyum)
Sukma : "Aroma siapa lagi klau bukan anak ibu yang tampan ini." (tersenyum jahil)
Bu Fatma : "Ooh ..benarkah? Pantas saja kamu mandi lama sekali. Jadi kamu luluran dulu." (tertawa kecil)
Sukma : "Ibu, mana mungkin aku luluran bu? Memangya aku anak perawan. Huuftt .." (terlihat merajuk)
Bu Fatma : "Ya sudah kita sarapan dulu, nanti nasi gorengnya malah dingin." (menahan tawa)
Sukma : "Baiklah, memang ibu ratunya mengalihkan pembicaraan." (Merajuk)
Sedangkan di rumah, Andriana sedang bersiap- siap untuk kerja. Dan Ammar datang menjemputnya. Mereka pamit kepada ibu Andriana, dan langsung berangkat.
Di perjalanan ,,
Andriana : "Besok kita jadi kepuncak kan Kak?" (senyum manis)
Dimas : "Maaf An, sepertinya minggu ini blum bisa. Masih ada pekerjaan yang harus Kakak selesaikan." (sembari fokus menyetir mobil)
Andriana : "Tapi kak Dimas kan sudah janji. "(Manyun)
Dimas : "Iya, aku minta maaf. Tapi pekerjaan ini benar- benar tidak bisa ku tinggalkan, An. Aku janji, pasti secepatnya kita kesana. Kamu mau mengerti posisiku kan?" (tersenyum menatap Andriana)
Andriana : "Iya - iya, tapi Kakak jangan bohong lagi." (manyun)
Dimas : "Janji .. (Mengangkat jari kelingking dan tersenyum manja)
Andriana : "Kakak ini seperti anak- anak saja. (Menahan tawa)
Dimas : "Nah ..kalau senyumkan lebih cantik." (Tersenyum jahil)
Andriana : "Memang aku cantik ..hehe
Mereka saling bertatapan dan tertawa.
Beberapa saat kemudian, mereka sampai di sekolah tempat Andriana mengajar. Ammar turun dari mobil, di ikuti dengan Anriana.
Andriana : "Hmmmtt selalu saja, kapan kak Dimas bisa memakai dasi dengang benar??" (Sambil memperbaiki dasi Dimas yang miring)
Dimas : (nyengir)
Andriana : "Sudah ..(tersenyum manis)
Dimas : "Trimakasih nona Andriana." (mencubit hidung Andriana)
Andriana : "Kakak ..sakit tau." (manja)
Ternyata Sukma memperhatikan mereka dari kejauhan.
Sukma : "Mengapa cuaca tiba- tiba jadi mendung." (matahari bersinar cerah)
"Hmmmtt ..tidak seharusnya aku menyaksikan ini." (terus menggerutu dalam hati)
Bersambung ...
No comments:
Post a Comment