Thursday 29 October 2015

Bukan salah jodoh Part 8

Sukma dan Dimas masih saling bertatapan dengan pandangan aneh. Sedangkan Andriana bingung, mengapa kedua lelaki itu bisa datang bersamaan. Padahal tak satupun dari mereka mengatakan akan menjemput Andriana.

Andriana : "Kak Dimas? Kak Ama?? Ada apa? Mengapa sepagi ini kalian sudah ada di sini?" (masih heran). "Bukannya kak Dimas kemarin mengatakan tidak bisa menjemputku hari ini? Dan kak Ama, bukannya bu Fatma tidak masuk hari ini?"

Sukma & Dimas : "Ada yang ingin ..."

Kembali mereka berbicara secara bersamaan, dan saling menatap dengan tatapan aneh. Tapi kali ini berbeda, keduanya malah tertawa kecil.

Dimas : "Sebaiknya anda dulu." (Senyum)

Sukma : "Tidak ..tidak ..lebih baik anda saja dulu." (tersenyum)

Andriana : "Kakak ini kompak sekali. Hmmtt ..lebih baik kakak duduk saja dulu."

Mereka pun duduk di kursi teras itu.

Dimas : "Baiklah, kemqrin kakak sudah minta izin dengan ayah dan ibu klau kakak akan pergi ke Singapur untuk menyelesaikan urusan bisnis kakak selama 3 minggu, An."

Andriana : "Kenapa cuma 3 minggu?? Kenapa tidak 3 bulan saja sekalian?! Atau tiga tahun. (Ketus) Kakak selalu saja membohongiku. Selama 2 bulan terakhir ini kakak selalu mengulur waktu, selalu saja pekerjaan yang kakak pentingkan. Aku hanya ingin ke puncak kak, tapi kak Dimas slalu mengingkari Janji kakak. (merajuk)

Dimas : "Maaf .. bukan begitu maksud kakak, An. Tapi .."

Andriana : "Tapi apa kak?? Pernikahan kita sudah semakin dekat, 5 bulan lagi kak. Dan kita masih belum bisa menemukan kak Ajeng." (berkaca- kaca)

Dimas : "Dengarkan kakak dulu, An." (memegang tangan Andriana)

Mereka seakan tidak sadar jika Sukma masih bersama mereka. Sedang Sukma terdiam dengan berbagai macam pertanyaan di benaknya.

Sukma : "Menikah..?? 5 bulan? Secepat itukah? Lalu siapa Ajeng? Mengapa Andriana ingin sekali bertemu dengan wanita itu? Dan kenapa harus dipuncak??" (dalam hati)

Dimas : "Tolong mengertilah posisiku untuk yang terakhir ini, An. Kakak janji sepulang dari Singapur kita akan kesana. Dan kita akan bersama- sama mencari Ajeng." (Lirih)

Andriana: "Apa jaminan Kakak akan menepati janji? Sudah cukup aku, kakak bohongi." (Berkaca- kaca)

Dimas : "Tolong percayalah, An. Ini untuk yang terakhir kalinya."

Andriana : "Baik, sekali ini saja aku percaya. Tapi jika kakak berbohong lagi, aku akan kesana sendiri."

Dimas : "Terimkasih An, kakak janji." (membelai lembut rambut Andriana) "Percayalah, aku juga ingin sekali menemukan Ajeng." (dalam hati)

Andriana : (mulai tersenyum dengan mata yang masih berkaca- kaca)

Sukma hanya terdiam melihat mereka, dan sesekali dia memalingkan muka merah padamnya.

Dimas : "Astagfirullah ..maafkan kami, Sukma. Tidak seharusnya anda melihat kami berdebat seperti ini."

Sukma : "Tidak apa- apa, wajar jika sepasang kekasih sesekali berdebat." (wajah datar dan tersenyum hambar)

Dimas dan Andriana, terlihat malu dan kikuk.

Andriana : "Iya kak, hal penting apa yg ingin kakak sampaikan?"

Sukma : "Ibu tadi memintaku untuk memberikan ini untuk kamu." (menyodorkan map yang sedari tadi dia bawa)

Andriana : "Trimakasih kak." (tersenyum)

Kemudian ayah dan ibu Andriana keluar.

Ibu (Andriana) : "Nak Dimas, nak Sukma."

Dimas dan Sukma bergantian salim dengan kedua orang tua Andriana.

Ibu (Andriana) : "Apa kalian mau menjemput, Ana?"

Andriana : "Tidak bu, kak Dimas hanya berpamitan dengan Ana. Dan kak Ama hanya mengantarkan berkas ini untukku. Lagi pula hari ini kan ayah sudah berjanji mau mengantarkan Ana. Iyakan yah??" (tersenyum manis)

Ayah (Andriana) : "Tentu saja." (Tersenyum)

Mereka pun berlalu, dan pergi ke tujuan masing- masing. Dimas pergi ke Bandara, sedangkan Sukma pergi ke restorant miliknya. Dan Andriana berangkat bersama ayahnya.

Di perjalanan fikiran Sukma masih dipenuhi berbagai macam pertanyaan, yang menggangu otaknya.

Sukma : "Apa benar mereka akan segera menikah?? Lalu siapa Ajeng? Mengapa Ana ngotot sekali ingin bertemu dengannya? Bahkan dia mau ke Puncak sendiri untuk menemuinya?? Hmmmtt .. kenapa aku jadi gelisah. Ya Allah persaan apa ini??? Tidak sepantasnya aku memikirkan calon istri orang. Dan kenapa harus dia??"

Bersambung ...

No comments:

Post a Comment