Friday 9 October 2015

Bukan Salah Jodoh Part 2

Dimas : "Maaf An, tadi ada berkas kakak yang ketinggalan di rumah. Jadi kakak ambil dulu, sampai- sampai telat jemput kamu." (sambil membelai rambut Andriana)

Andriana : "Iya gak apa- apa kak, tapi kenapa hp kak Dimas juga gak aktif?" (Manyun)

Dimas : "Oooh ..hp kakak lowbed, sayang. (senyum jahil) Kenapa? Apa kamu khawatir? Atau .."
Belum selesai Dimas meneruskan pertanyaanya, tapi sudah dijawab Andriana.

Andriana : "Enggak apa- apa, aku cuma takut telat." (muka jutek)

Dimas : "Hmmmtt ..ibu guru yang satu ini makin cantik saja kalau marah." (senyum jahil)

Andriana : "Siapa yang marah." (Cemberut).

Ibu : "Sudah- sudah, kalian ini seperti anak kecil saja. Lebih baik kalian berangkat sebelum terlambat." (senyum ramah)

Andriana : "Iya bu. Kami berangkat dulu bu." (Salim)

Dimas & Andriana : "Assalammu'alakum."

Ibu : "Walaikumsalam, hati- hati ya nak." (Melambaikan tangan dengan senyuman)

Di perjalanan, dalam mobil.

Andriana : "O'iya kak, akhir pekan ini kita jadi ke puncakkan?

Dimas : "Ooo ..jadi bu guru cantik ini udah gak marah lagi? Kakak dah dimaafin dong?" (melirik Andriana smbil senyum jahil)

Andriana : "Hmmtt ..kak Dimas ..berhentilah mengejekku. Aku ini serius kak ..huuftt." (Menghela nafas)

Dimas : "Iya -iya maaf." (Senyum manis) Tapi apa kamu yakin, An? Terakhir kita kesanakan, kamu hampir pingsan."

Andriana : "Tapi itukan dulu kak, dan kali ini aku pasti kuat. (menatap Dimas) Karna pernikahan sudah semakin dekat, dan kak Ajeng belum ditemukan. Padahal sudah 3 tahun sejak kecelakaan itu. (mulai berkaca- kaca) Ini smua salahku, seharusnya aku tak melepaskan tangan kak Ajeng. (makin berkaca- kaca).

Kemudian Dimas menepikan mobilnya.

Dimas : "Sudahlah An, berhenti menyalahkan dirimu sendiri. Ini semua memang sudah kehendak Sang Maha Pencipta. Dan kita tidak boleh menyalahkan diri sendiri, seharusnya kita sabar. Dan berusaha menemukan jalan terbaik. Ini bukan sepenuhnya salah kamu, An." (menatap Andriana dan menghapus air matanya)

Andriana : "Tapi Kak, klau bukan karna aku. Pasti sekarang kak Dimas dan kak Ajeng sudah hidup bahagia." (tersedu- sedu)

Dimas : "Andriana ..dengarkan kakak, jika kamu yakin Ajeng masih hidup dan pasti kita temukan. Maka, berhentilah menyalahkan diri kamu sendiri." (menatap Andriana dalam- dalam)

Andriana : "Baiklah kak ..akanku coba." (Sesenggukan)

Dimas : "Yakinkan pada diri kamu bahwa smua akan baik- baik saja. Dan kita pasti bisa menemukan Ajeng." (Dengan nada lembut) Sudah hapus air matanya, masa bu Guru cengeng." (tersenyum manis)

Andriana : (tersenyum)
Merekapun melanjutkan perjalanan menuju TK tempat Andriana mengajar. Dan berhenti di depan gerbang sekolah.

Andriana : "Trimakasih yaa kak, untuk smuanya. "

Dimas : "Kamu ini ngomong apa? Itu sudah tugas seorang kakak untuk menjaga dan menghibur adiknya." (tersenyum sambil mengelus rambut Andriana)

Andriana : "Ya sudah aku masuk dulu kak, kak Dimas hati- hati ya." (salim)

Dimas : "Oke .. "

Andriana kemudian masuk ke kelas dan disambut murid- muridnya yang begitu lucu dan penuh semngat. Pelajaran pun dimulai, murid- murid begitu aktif. Hingga bell pulang pun berbunyi. Semua murid berhamburan keluar, menghampiri orang tua masing- masing. Dan terdengar Hp Andriana berdering "kring ..kring .."

Andriana : "Assalammu'alaikum kak. "

Dimas : "Walaikumsalam , An maaf hari ini kakak gak bisa jemput kamu. Ada meeting mendadak di kantor. Biyar nanti, kamu di jemput supir Kakak saja ya?"

Andriana : "Gak usah kak, aku pulang sendiri aja. Kakak tidak usah khawatir."

Dimas : "Kamu yakin??

Andriana: "Iya kak, kakak tenang aja. Ya sudah pita cari taxi dulu ya kak. Assalammu'alaikum"

Dimas : "Walaikum salam."
(Andriana mematikan Hpnya)

Tiba- tiba ada seorang muridnya yg berlari ke Jalan, dan tepat ada mobil didepanya. Sontak Andriana berlari dan memeluk muridnya, tapi tubuhnya seakan membeku. Tanganya gemetaran dan berkeringat. (Terbayang kejadian 3 tahun lalu saat dia akan ditabrak mobil). Seluruh orang tua dan murid- murid yang masih berada disana menjerit memanggil Andriana. Namun Andriana tak mampu pergi menjauh, murid yang ada dipelukanya pun menangis. Tiba- tiba ada yang menyambarnya, sosok yang tak mampu dia lihat. Dan "Brraaaakkkk ...." Aaaaaa ..

No comments:

Post a Comment