Friday 2 October 2015

Cerpen Goresan Mimpi Carlina Diavani

Kembali ku langkahkan kakiku menuruni satu persatu anak tangga di Masjid tempatku mengikuti pengajian Akhad pagi. Ku melangkah sendiri, karna ibuku masih harus berbincang bersama ibu- ibu anggota pengajian lainya. Mereka membahas tentang perubahan jadwal pengajian rutin yang biasanya mereka adakan setiap awal dan pertengahan bulan. Tentu itu membutuhkan waktu yang cukup lama, karna saat sekumpulan ibu- ibu membahas satu pokok masalah, maka akan muncul topik pembahasan baru lagi setelahnya. Jadi aku memilih untuk turun terlebih dulu.

Namun ku hentikan langkahku sejenak, dan ku arahkan pandanganku ke tangga kaum pria. Niatku mencari ayah dan juga adikku, tapi yang ku lihat justru sesosok pria yang gagah berwibawa yang mengenakan kemeja biru muda yang serupa dengan warna jilbab yang kukenakan. Wajahnya terlihat bersih dan teduh, memberikan aura kesejukan jiwa. Aaah ..mana mungkin, batinku dalam hati. Yaa ..karna kejadian yang kualami saat ini sering sekali kukhayalkan, bertemu dengan seorang calon imam yang beriman, mapan dan juga tampan. Dan kami mengenakan pakaian yang berwarna senada. Hal ini sungguh menggelikan bagiku, hingga membuatku tersenyum sendiri. Namun ada yang aneh, pria yang kubayangkan justru tersenyum manis ke arahku. Seakan membalas senyum yang tergurat di wajahku tadi. "Astagfirullah" , batinku lirih. Mungkinkah aku sudah benar- benar gila, lalu ku pejamkan mataku sembari terus membaca istigfar agar kegilaanku segera usai.

Dan setelah kurasa batinku mulai tertata, kembali kubuka mataku. Tapi sosok itu tetap ada di hadapanku, dengan senyum yang sama. Ya Allah ..betapa terkejutnya aku, hatiku tergetar. Mungkinkah ini jawaban atas segala do'aku, benarkah dia nyata?? Dan berbagai tanya muncul di dalam dada, bercampur rasa bahagia namun aku masih tak percaya.

Lalu tiba- tiba datang dua balita yang sangat lucu dan menggemaskan, satu perempuan dan satu laki- laki. Mereka terlihat mirip dan sepertinya mereka kembar. Hmmtt ..mereka mengingatkanku tentang mimpi untuk memiliki anak kembar saat aku sudah berumah tangga nanti. Astagfirullahalazim apa yang sebenarnya kualami, kenapa ku di hadapkan pada mimpi yang nampak seperti nyata? Kenapa?? Ku termenung sejenak, hingga ku dengar dua balita itu memanggil sosok pria tadi dengan sebutan "Ayah", yang sontak membuyarkan semua anganku. Kata itu terdengar nyaring di telingaku, dan pria itu juga nampak menyambut hangat kedua balita tadi. Aku pun tersenyum tipis melihatnya, ahh ..betapa bodohnya aku. Mana mungkin khayalan gadis pemimpi sepertiku bisa terwujud saat kurasa diriku belum layak mendapatkanya. 

Lalu kembali kulanjutkan langkahku menuju parkiran, dengan rasa sedikit kecewa namun juga terasa lucu bagiku hingga membuatku harus menahan tawa. Dan sesampainya di parkiran, kudapati bapak dan juga adikku yang ternyata sudah bersiap untuk pulang. Aku pun menghampiri mereka, dan ku katakan agar mereka pulang terlebih dulu. Sedang aku akan menunggu ibu, dan mereka pun berlalu.

Kini ku sendiri terduduk di atas motorku dan untuk mengisi kekosongan waktuku, aku akan sedikit menceritakan siapa aku. Atau bisa dikatakan aku curhat colongan pada kalian. Hehehhe ..dengarkan curahan hatiku yaah, kawan. Oke ..perkenalkan namaku Carlina Diavani, dan orang- orang biasa memanggilku Carlina. Tapi orang tua dan sahabat karibku lebih suka memanggilku Ina, karna menurut mereka itu lebih cocok denganku yang kata mereka sedikit manja. Tapi memang benar jika aku sedikit manja, karna aku masih sangat bergantung pada ibuku. Yaah jelas saja, karna untuk melakukan pekerjaan rumah tangga ataupun ibadah aku masih harus diperintah. Memang terkadang aku berinisiatif sendiri untuk melakukan hal itu, namun aku selalu saja lalai kembali. Hingga tak jarang ibuku selalu mengelus dada menghadapi sikap kekanak- kanakanku. Namun, jauh dilubuk hati aku pun ingin berubah dan membuat ibuku tak lagi harus tersulut amarah. Tapi setiap ku mencoba untuk berubah, perubahan itu selalu saja tak bertahan lama. Karna aku kembali melakukan kebiasaan burukku. Dan itulah aku, hehehe

Aku terlahir dari keluarga sederhana, Bapakku seorang pedagang kambing dan ibuku mantan pahlawan devisa yang sekarang membuka toko kecil- kecilan di rumah kami. Dan aku juga memiliki seorang adik laki- laki, yang sekarang duduk di bangku sekolah menengah pertama. Tapi dia sudah bisa menghasilkan uang sendiri, dari hobinya yang suka memelihara burung- burung kecil dan menjualnya saat suara kicauanya sudah merdu dan memiliki nilai jual. Hasilnya pun cukup lumayan, untuk tambahan uang jajanya. 

Sedangkan aku adalah seorang pegawai di sebuah toko roti yang tak jauh dari rumah kami. Tentu kalian sudah bisa menebak seperti apa aku? Yaah ..kata roti sudah bisa menggambarkan postur tubuhku yang padat berisi bukan? Hehehe ..aku memanglah gadis gembul yang sedikit meliliki kepribadian yang aneh dan konyol. Di toko roti tempatku bekerja, aku memiliki seorang teman kerja yang baik, dan cantik. Kami sering sekali berbagi mengenai berbagai macam hal, dari fashion, keluarga, asmara dan masih banyak lagi. Dia juga salah satu orang yang slalu memberikan motivasi agar hidupku jauh lebih baik, bahkan dia tak segan memarahiku ketika aku melakukan hal- hal ceroboh yang sering kali kulakukan. Semisal aku yang sering tertidur saat menjaga toko, karna semalaman begadang hanya untuk nonton sinetron atau drama. Aku pun sering datang terlambat, dan berbagai hal ceroboh lainya. Tapi aku tak malah tersenyum tak jelas dan membuatnya terus mengomeliku. Meskipun omelanya terkadang membuatku kesal juga, tapi tak apa karna yang kutau dia melakukan hal itu karna ia menyayangiku dan aku pun begitu.

Satu kawan dan banyak lawan, itulah yang sering orang rasakan saat menggeluti dunia pekerjaan. Dan aku pun merasakanya, sering aku mendapatkan perlakuan yang tak adil dari teman kerjaku yang lain. Kadang saat aku bekerja dengan penuh semangat, hingga semua pekerjaanku terselesaikan dengan baik. Namun justru orang lain yang mengakui apa yang sudah ku kerjakan dan sebaliknya. Saat mereka melakukan kesalahan, malah aku yang di kambing hitamkan. Ahh ..simalakama, itu sungguh membuatku emosi jiwa. Namun aku berusaha meredam emosiku, dan ku anggap ini sebagai teguran dari Allah SWT karna aku masih sering melakukan hal- hal ceroboh. Tapi hal itu pula yang sering kali membuatku merasa tak nyaman dan ingin mendapatkan pekerjaan lain. Aku mulai mengikuti jobfair, namun gagal karna orang tuaku melarangku untuk bekerja di luar kota. Lalu aku mencoba melamar di perusahaan lain, namun ditolak karna jilbab yang kukenakan. Aku pun mencari jalan lain, hingga akhirnya aku berencana untuk mendapatkan penghasilan tambahan dari sosial media. Karna teman kerjaku sudah ada yg melakukanya, dan benar- benar memperoleh hasil yang lumayan. 

Awalnya aku ingin terjun kedunia onlineshop, tapi terkendala modal. Lalu aku beralih untuk menjadi seorang youtubers, tapi aku tak begitu menguasainya. Dan akhirnya aku putuskan untuk membuat sebuah blog untuk menyalurkan hobi menulisku, dan berharap bisa mendapatkan tambahan penghasilan dari sana. Aku begitu bersemangat karna selain melihat temanku yang sudah berhasil, aku juga mendapatkan motivasi dari talk show di sebuah stasiun tv favoritku, yang membuatku kembali mempunyai keyakinan bahwa setiap orang mempunyai kesempatan untuk sukses. Aku giat mempelajari berbagai macam hal tentang dunia blogging, karna memang aku yang hanya tamatan SMA, dan tak begitu menguasai teknologi. Yaah ..bisa dibilang gaptek lah. Jadi aku harus mencari informasi terlebih dulu untuk memahami dunia blogging dengan mengandalkan satu- satunya smartphone yang kumiliki. Namun sayangnya Hpku tak mendukung. Batrei Hpku mulai droup, karna terlalu sering kugunakan. Yaah makhlum saja memang Hp tua. Aku pun sedikit dilema, lalu aku teringat dengan komputer tuaku yang sedikit eror, tapi mungkin jika ku service masih bisa kupergunakan lagi. Dan semangatku kembali tinggi, hingga segera ku panggil tukang service untuk memperbaikinya. Namun kembali kudapati hal yang membuatku gegana, karna ternyata komputerku tak bisa diperbaiki lagi. Ya Allah ..rasanya aku benar- benar dilema, aku sangat berharap bisa mendapatkan penghasilan tambahan dan membuktikan pada kedua orang tuaku jika aku bisa sukses dan aku bukan hanya menghayal. 

Namun apa daya, aku tak bisa melakukan hal banyak. Karna untuk ke warnet pun aku tak mempunyai cukup waktu, mengingat pekerjaanku yang mengharuskanku berada di sana cukup lama. Hingga ku putuskan untuk tak terlalu menggebu dan mengharap pada blogku. Tapi itu bukan berarti aku berhenti, dan meninggalkan blogku begitu saja. Karna aku akan tetap berkarya di dalamnya, meski tak seaktif sebelumnya.

Dan aku masih yakin akan mimpiku, meski jalan yang kutempung berliku- liku. Karna mimpi tak sekedar mimpi jika kita yakin dan terus berusaha, dan pasti ada ujian dan cobaan di dalamnya. Karna Allah pasti tak akan pernah membuat hamba- Nya merasa sia- sia dalam berupaya di dalam kebaikan. Namun, tentunya itu smua tak lepas dari do'a, karna mungkin aku terlalu berupaya tanpa meningkatkat kwalitas do'a dan ibadahku pada Allah SWT. Hingga segala upayaku terus saja mendapatkan kendala, dan cobaan dari- Nya. Kini aku mengerti mengapa kedua orang tuaku selalu memarahiku dengan nada tinggi, terlebih ibuku. Hampir setiap hari beliau memarahiku karna sikapku yang menurut beliau tak juga dewasa. Padahal kini usiaku hampir menginjak 24 tahun, yang sudah seharusnya memiliki sikap dan pola pikir yang matang. Berbagai macam kata yang tak mengenakkan hati sering kali kudengar dari ibuku sendiri, beliau sering membandingkanku dengan gadis- gadis lain yang seusiaku yang sudah berkeluarga dan berperilaku semestinya wanita dewasa. 

Sedang aku belum juga menemukan belahan jiwa, dan hal itulah yang membuat ibuku resah. Bahkan terkadang orang lain pun mencibir dan meremehkan aku karna hal itu, dan tak sedikit pula yang berniat menjodohkanku. Padahal aku masih ingin sendiri, karna kurasa aku belum cukup mampu untuk menjadi seorang istri meski kadang terselip rasa ingin menjadi pendamping seorang lelaki. Awalnya aku sangat marah, ketika ada yang menyindir atau mencelaku hingga tak jarang aku membalas dengan kata atau sikap yang kasar. Namun, aku sadar jika aku harus berubah. Segala sikapku selama ini adalah sebuah kesalahan yang menjadi penghalang untuk kesuksesanku di masa depan. Jadi ku putuskan untuk benar- benar merubah semua tabiat burukku, seperti pemarah, pemalas, mudah putus asa, kasar, manja, boros, dan banyak melakukan hal yang sia- sia. Dan aku berjanji pada diriku sendiri, untuk tak kembali pada pribadiku yang dahulu.

Diawal ku memulai untuk berubah, memanglah sulit. Terlebih ketika aku diharuskan untuk mengontrol emosiku . Karna selalu saja ada hal- hal yang membuatku geram, seperti saat orang lain mencibirku. Aku kembali naik pitam dan hampir saja ku kembali ke tabiatku yang dulu. Namun aku mencoba menahanya dan berusaha untuk tetap tenang. Sekuat tenaga aku terus berjalan untuk meninggalkan kata malas dan segala tindakan yang hanya membuatku menjadi manja.

Yang kupelajari adalah hal- hal dasar seperti mempelajari ilmu agamaku dengan belajar mengaji, belajar berbicara dengan lebih sopan kepada setiap orang, belajar mengatur keuanganku sendiri, belajar memasak, dan mengatur segala pekerjaan rumah tangga. Aku benar- benar payah bukan?? Hmmmtt ..hal itulah yang membuatku slalu merasa belum siap untuk berumah tangga. Karna hal itu adalah pondasi dasar yang harus kukuasai sebelum aku menikah. Selain itu aku juga mengikuti pengajian bulanan yang banyak diikuti oleh ibu- ibu muda yang memiliki banyak kreativitas. Dalam setiap pertemuanya, kami tak hanya mengaji. Tapi kami juga saling berbagi mengenai bermacam- macam informasi mengenai cara mengurus rumah, cara merawat dan mendidik anak yang tepat, hingga membuat kerajinan tangan. Semisal membuat tas dari bekas tempat minum, membuat bros dari bekas bungkus pewangi, dan masih banyak lagi. Jadi dengan begitu, kami bisa menjadi seorang ibu atau calon ibu yang aktif dan juga kreatif. Hari terus bergulir, dan aku pun terus belajar, berusaha dan tetap konsisten untuk mewujudkan impianku. Hingga pada akhirnya nanti aku bisa berhasil menjadi pribadi yang lebih baik, yang mampu mengendalikan emosi jiwaku dan bisa menempatkan diri.

Dan tujuh bulan pun berlalu, kurasa diriku tak lagi sepayah dulu. Karna setidaknya, aku mampu ngengusai emosiku. Selain itu, aku juga sudah mampu hidup mandiri. Hingga tak lagi membuat ibuku sedih dan mengelus dada. Aku juga tak lagi bekerja di toko roti, karna sekarang aku bekerja di salah satu sekolah menengah atas sebagai penjaga perpustakaan. Memang gaji yang kudapati tak banyak, namun aku masih bersyukur karna aku masih bisa mencukupi kebutuhan pribadiku sendiri dan masih ada sebagian rizki yang bisa ku jadikan ladang ibadah dengan sedekah. Lagi pula aku nyaman dengan pekerjaan baruku, karna meski hanya menjadi penjaga perpustakaan tapi di sana aku mempunyai banyak waktu luang untuk membaca dan menambah wawasanku. Dan jam kerjaku hanya setengah hari, jadi aku masih mempunyai banyak waktu untuk menlanjutkan hobi menulisku dengan laptop baruku yang mampu kubeli dengan uang hasil tabunganku selama ini. Dengan begitu, aku kembali aktif menggeluti dunia blogging. Dan Alhamdulillah, karna aku juga sudah mendapatkan tambahan resky dari sana. Selain itu, aku kini juga bisa berbagi ilmu dengan keponakan- keponakanku dengan laptop baruku, aku bisa mencari setiap materi yang belum mereka pahami. Karna memang sebelumnya keponakan- keponakanku hanya mengandalkan buku panduan yang mereka terima dari sekolah. Dan banyak sekali materi yang kurang atau bahkan tak terjabar di dalamnya.

Itulah aku saat ini, mungkin terkesan aneh dan berlebihan. Namun aku bangga pada diriku sendiri. Karna kini ku tak lagi terbelenggu dalam nafsu, aku hanya terus berusaha, berdo'a dan bersabar menanti setiap harapan yang kupanjatkan pada- Nya. Hehehe ..ibuku sudah datang pembaca, waktunya aku pulang.

Ibuku datang dengan seorang wanita, namun sepertinya aku baru melihatnya. Lalu ibuku mengenalkanku pada teman barunya, aku pun salim dan tersenyum manis padanya. Dan kami pun berlalu, pulang ke rumah masing- masing. Namun di perjalanan aku menceritakan hal gila yang kualami tadi pada ibuku, saat aku bertemu sosok yang kukira calon imamku tapi ternyata dia sudah punya anak satu, uupss ..dua malah. Hmmmmtt ...memang sudah menjadi kebiasaanku untuk bercerita dan mengadakan sesi curhat dengan ibuku, dan itu tak mampu ku rubah karna menurutku itu lebih baik dari pada aku menceritakan keluh kesahku pada orang lain. Karna bagiku ibu adalah orang yang paling mengerti aku, anak gadisnya yang masih saja manja jika di dekatnya. Sedang asyiknya ku bercerita, tapi ibuku malah terawa. Huuufft itu sungguh menggelikan, bahkan aku pun mulai terbawa suasana yang penuh gelak tawa. Dulu ibuku sering sekali memarahiku, tapi sekarang tidak lagi. Beliau hanya mengingatkanku dengan nada yang lebih lembut, itu mungkin karna aku sudah bisa sedikit lebih dewasa seperti yang beliau harapkan.

Sesampainya di rumah, kulihat bapak dan juga eyang Teguh sedang asyik memainkan catur. Bapak memang hobi sekali bermain catur, bahkan beliau bisa bermain berjamjam. Apalagi sejak 3 bulan terakhir datang eyang Teguh, bapak semakin senang karna memiliki rekan baru yang sehobi dengan beliau. Terlebih lagi, eyang teguh adalah sahabat almarhum eyangku yang bertahun- tahun mencari eyangku. Namun sayang, setelah sekian lama mencari tapi hanya batu nisan yang beliau temui. Jadi mungkin itulah yang membuat bapakku senang. karna dengan adanya eyang Teguh,asa rindu bapak pada eyangku sedikit teobati.

Baru saja aku turun dari motorku, manun bapak sudah memberikanku kode untuk membuatkan teh. Hmmmtt ..jika aku yang dulu, aku pasti sudah mengomel. Namun tidak untuk sekarang, aku hanya tersenyum dan langsung masuk ke rumah untuk melakukan apa yang diperintahkan bapakku. Karna bagiku sekarang adalah melakukan segala sesuatu yang membuat orang tuaku bahagia. Walaupun hanya sekedar membuatkan teh, karna belum tentu aku mempunyai kesempatan untuk melakukan hal itu setiap waktu.

Hari Minggu pun berlalu, saat ini aku sudah berada di sekolah mengikuti upacara bendera. Dan seusainya aku langsung menuju perpustakaan, untuk mengerjakan tugasku seperti biasa. Lalu selang beberapa waktu datang Pak Jono (tukang kebun) bersama seorang guru baru yang bernama Rizky Pamuji. Pak Rizky tersenyum sembari memperkenalkan dirinya, dan senyum itu masih melekat di mataku. Yaa ..karna itu adalah senyum teduh yang kulihat kemarin, dan membuat jantungku kembali bergetar. Astagfirullah ..aku tak boleh membiarkan perasaan ini berkembang, karna berdosa jika ku memiliki rasa pada seorang pria yang sudah berkeluarga. Dan aku hanya membalas senyum teduhnya dengan senyum tipisku. Namun sejak saat itu kami justru semakin sering bertemu, karna pak Rizky yang hampir setiap hari datang ke perpustakaan. Ada saja buku yang ingin iya cari, dan tak jarang dia meminta bantuanku untuk membantunya mencari buku- buku yang ingin ia baca. Tentu saja hal itu semakin membuatku dilema, karna setiap didekatnya aku merasa begitu damai. Aah ..rasanya aku tak bisa terus seperti ini. 

Hingga kuputuskan tuk menghindar jauh darinya, tapi saat itu juga aku kembali merasa sepi tanpanya. Mungkinkah aku jatuh cinta lagi?? Tapi kenapa harus dengan dia? Ya Allah, ampuni hamba. Aku benar- benar dilema dan disaat aku gundah, justru kembali datang lagi masalah. Bapak berniat menjodohkanku dengan cucu eyang Teguh, sedang ibuku ingin menjodohkanku dengan anak teman di pengajian yang baru ke temui tempo hari. Aku semakin gegana, dan tak tau harus kupilih yang mana. Karna menurut Bapak dan juga Ibuku, pilihan merekalah yang terbaik untukku.

Dan ketika malam datang, kembali ku bersujud kepada Sang Maha Kuasa untuk menentramkan jiwa yang gundah gulana. Ku panjatkan do'a- do'a agar ku diberikan petunjuk, mengenai calon imam mana yang menjadi jodohku. Namun justru batinku kembali tertuju pada pak Rizky Pamuji. "Ya Allah, ampuni hamba yang telah salah memaknai hati. Ampuni hamba, Ya Allah." Jeritku lirih dalam hati, aku pun semakin bimbang. Karna jelas jika hatiku salah, menginginkan dia yang tak seharusnya ku angankan. Lalu ku putuskan untuk bertemu kedua orang calon imam pilihan kedua orang tuaku, dan orang tuaku pun setuju. Namun dengan syarat, aku harus memilih satu diantara mereka untuk di jadikan imamku. Aku pun mengiyakanya. 

Pertama aku bertemu dengan cucu eyang Teguh, yang bernama Rahmawan. Sosok pria tampan dan juga mapan, karna dia adalah seorang pengusa batubara muda. Dan sudah sangat jelas jika hidupku akan benar- benar mapan bersamanya, namun pria ini adalah sosok idaman sahabatku, Kumala. Karna sebelumnya Kumala pernah bercerita tentang pria yang membuatnya jatuh hati, dan ia juga menunjukan foto pria itu yang tak lain adalah kak Rahmawan. Sontak saja hal ini membuatku kembali mengunci hati, aku tak mungkin menerima kak Rahmawan dan tak mungkin aku bahagia diatas derita sahabatku sendiri. Lantas aku pun menolak secara halus perjodohan itu, dan menggunakan beribu kata untuk meredam amarah dan kekecewaan Bapak dan juga eyang Teguh. Dan itu juga berarti aku menerima jodoh pilihan ibuku, hatiku terasa tersayat sembilu. Ya Allah, Ya Tuhanku.. hamba terima smua kehendak- Mu. Karna hamba yakin dia (jodoh) Yang Engkau pilih, adalah yang terbaik untukku.

Dua minggu berlalu, aku putuskan untuk menerima lamaran itu tanpa bertemu denganya calon imamku terlebih dulu. Dan satu bulan kemudian kami melangsungkan pernikahan. Sungguh pernikahan yang tak pernah ku bayangkan, karna bahkan disaat akad nikahpun aku belum melihat wajahnya. Yang kutau semua keluargaku mengatakan dia tampan dan cocok denganku. Bahkan Bapakku pun menyukainya, dan itu pun sudah cukup bagiku. Saat akad di mulai, ku dengar nama Rizky Pamuji sebagai mempelai pria. Hingga membuatku terus saja beristigfar, agar segala macam bayangan dan juga angan tentang pak Rizky Pamuji menghilang dari benakku. Dan setelah terdengar kalimat sah dari para saksi, hingga lantunan do'a dipanjatkan. Aku pun diantar menemui suamiku. Tanpa terasa air mataku menetes perlahan, saat ku berjalan menuju kursi pelaminan. Aku bahagia namun juga hambar rasanya, tapi entah mengapa aku yakin jika kelak aku akan jatuh cinta dengan tulus pada pria yang kini sudah menjadi suamiku. Karna dia adalah imam pilihan Rabb-ku, dan sudah pasti itu yang terbaik dalam hidupku.

Jantungku berdebar hebat saat langkahku semakin dekat dengan suamiku, tubuhku terasa kaku. "Ya Allah ..kuatkan hati dan langkahku." Hingga aku pun berapa tepat di hadaanya, namun aku hanya tertunduk malu. Wajahku benar- benar kaku, dan jantungku semakin berdebar tak menentu. Tapi ingin rasanya aku melihat sosok yang sekarang telah resmi menjadi pendamping hidupku, dan ku beranikan diri untuk menatap wajahnya. "Astagfirullahalazim" , batinku dalam hati dan dengan reflek ku pejamkan mata. Ya Allah ..ampuni aku, kenapa hamba justru melihat wajah pak Rizky Pamuji. Lalu aku kembali menatap wajah suamiku, dan tetap wajah yang sama yang kudapati. Wajah dan senyum teduh yang slalu mendamaikan hatiku. Berbagai macam tanya pun berkecamuk di hati. Apa yang sebenarnya sedang terjadi?? Mengapa sosok ini yang sekarang berdiri menjadi imamku? Kenapa bisa, bukankah dia sudah berkeluarga? Mungkinkah dia duda? Tapi kedua orang tuaku mengatakan jika ia masih lajang, dan di sekolah pun beredar kabar jika dia telah memiliki dua orang anak. Ya Allah, beri hamba petunjuk- Mu.

Dan aku tetap termangu, hingga suara Pak Penghulu membuyarkan lamunanku. Kami pun duduk untuk menandatangani buku pernikahan sebagai peresmi status kami, dan berbagai macam prosesi pernikahan sebagaimana mestinya. Namun masih saja rasa gundah yang menggeluti jiwa, meski tlah kucoba untuk mengerti tapi tetap tak kupahami apa yang sedang terjadi. Hingga terdengar suara adzan berkumnadang, dan memanggil kami untuk kembali bersujud di waktu dzuhur. Kini kami berada dalam satu ruangan yang sama, kamarku. Aku masih diam membisu dan ketika dia mandi, segera ku besihkan riasanku. Aku masih enggan melepas jilbabku, padahal dia sudah resmi menjadi suamiku. Hmmmtt ..entahlah, aku masih bingung dengan perasaanku. 

Dan setelah kami selesai membersihkan diri, kami pun sholat berjamaah. Sungguh terasa damai di jiwa, rasa bimbang dalam jiwaku seketika sirna. Akhirnya aku bisa memiliki seorang pendamping yang mampu menjadi imam disetiap sujudku, dan semoga kelak ia bisa membimbingku ke syurga Allah SWT. Seusai sholat aku mencium tangan imamku sebagaimana mestinya seorang istri, dan kembali kulihat senyum teduhnya yang kini nampak lebih cerah. Lalu ia menatapku dalam, dan membuatku tersipu malu. 

Dan tiba- tiba ia bertanya apakah yang saat ini aku rasakan, dan jujur ku katakan jika sebenarnya aku masih sedikit bingung dengan apa yang terjadi. Tapi dia malah tertawa dan membuatku bertambah bingung, hingga ia menceritakan smuanya. Bahwa memang sejak awal kami bertemu, dia sudah tau jika kami dijodohkan. Bahkan ia sudah tau segala sesuatu yang berkaitan denganku, dan dia pindah dari tempatnya mengajar di Bali juga karna perjodohan kami. Ia mengakatakan jika iya sudah tertarik saat pertama kali melihat senyumku, Astagfirullah ..betapa bodohnya aku yang tak menyadari semua yang terjadi. 

Dia pemang perjaka yang memiliki dua anak yang sebenarnya adalah putra dan putri kakaknya. Saat kakak iparnya melahirkan mereka, ia meninggal dunia dan kakaknya mengalami kecelakaan setelah mendapatkan kabar jika istrinya meninggal dunia. Mungkin karna saat itu dikehilangan kendali ketika menyetir, hingga kecelakaan itu tak terelakkan. Ia pun membiarkan kedua keponakanya memanggil ia dengan sebutan ayah, karna setidaknya dengan begitu mereka bisa merasakan indahnya memiliki sosok seorang ayah. Hatiku pun pilu mendengar cerita yang tlah dialami suamiku. Lalu kuminta padanya, agar ia benar- benar menjadi ayah untuk mereka secara resmi dimata hukum dan tentu dengan aku sebagai ibu mereka. Dan tiba- tiba ia memelukku dengan penuh haru, hingga kami menangis dalam tawa bahagia.

Malam resepsi pernikahanku pun tiba, banyak tamu undangan yang sudah datang. Semua memberikan ucapan selamat pada kami, sang pasutri baru. Kami pun mengabadikan momen indah ini dengan sesi foto dengan berbagai gaya, dari berdua, bersama orang tua dan keluarga lainya, para tamu undangan, dan yang paling banyak adalah bersama kedua putra dan putri kami. "Ya Allah, betapa indah nikmat yang engkau titipkan pada hamba. Semua anganku kini menjadi nyata, dan tak ada satupun perjuangan yang kurasa sia- siaa. Terimakasih Ya Raabi, atas segala karunia- Mu ini. Namun, jangan kau biyarkan hati ini kembali terbelunggu akan nikmat yang Engkau beri, berikanlah kami kesadaran untuk tetap bersujud dan terus mengingat- Mu. Amin ..Amin ..Amin .."




Dan itulah goresan mimpiku, Carlina Diavani. Terimaksih pembaca, karna kalian mau mendengarkan segala curahan hatiku. :)

No comments:

Post a Comment